TABLOIDLUGAS.COM | Manado - Kentang merupakan komoditi primadona yang dihasilkan petani di Kecamatan Modoinding Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel), Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Selain kentang petani setempat juga menghasilkan jenis sayuran lainnya seperti kol, wortel dan sawi.
Hampir saban hari petani di sana memanen kentang yang langsung diserap pasar. Selain untuk kebutuhan konsumen di Sulawesi Utara (Sulut) serta kota-kota lain di Pulau Sulawesi, kentang dari Modoinding pun dipasok ke luar daerah guna memenuhi permintaan dari Kalimantan, Maluku dan Papua.
Penelusuran media ini di Modoinding, Senin (10/6) menyebutkan, total kentang yang diproduksi seluruh petani di sana sekitar 100 ton per hari. Dengan harga jual kentang jenis Super John di tingkat petani saat ini rata-rata Rp 4.500 per kilogram (kg), maka petani Modoinding meraup penghasilan dari komoditi kentang saja Rp 450 juta sehari.
Menurut data Pemerintah Kecamatan Modoinding, jumlah penduduk kecamatan di dataran tinggi yang sejuk dan subur tersebut sebanyak 12.448 jiwa. Dari jumlah tersebut, tercatat 10.222 orang berprofesi sebagai petani. Mereka umumnya mengolah lahan subur di Modoinding pada hamparan seluas 6.080 hektare (ha).
Doni Walean, satu di antara distributor yang sudah sepuluh tahun menggeluti bisnis pengiriman sayuran ke luar daerah mengakui tingginya produksi kentang Modoinding tersebut. "Setiap hari di Modoinding ini selalu tersedia sekitar 100 ton kentang."Wajar karena setiap hari ada saja petani yang panen. Kalau wortel dan kol masing‑masing sekitar 50 ton per hari," kata Doni.
Doni Walean mengaku biasa mengirim kentang puluhan ton untuk memenuhi permintaan dari Palu dan Kalimantan. "Sekali kirim bisa puluhan ton, sesuai dengan permintaan dari rekanan. Kalau ke Balikpapan sekali kirim bisa mencapai 20 ton, dan paling banyak itu kentang sekitar 10 ton. Lainnya wortel dan kol. Kalau ke Palu itu sekitar 5 ton saja, juga dominan kentang," ujarnya.
Dalam sebulan Doni bisa mengirim sampai empat kali atau sekali seminggu."Omset sekali kirim itu bisa Rp 60‑70 juta. Namun, keuntungan bersih tergantung harga juga," katanya. Untuk kebutuhan lokal di wilayah Sulut, kata dia, biasanya rata‑rata kentang yang dikirim sebanyak 1,5 ton per hari. "Itu diambil oleh mobil‑mobil kecil," jelasnya.
Selain pebisnis sayur yang sukses, Doni pun merupakan petani Modoinding yang sukses. "Saya sekarang punya 10 hektare lahan, ada yang warisan orang tua, namun ada yang saya beli dari hasil usaha sendiri. Tapi yang saya olah sekarang sekitar 3 hektare," katanya. Lahan 3 ha tersebut dia tanami kentang, wortel dan kol. "Paling dominan itu kentang, sementara wortel dan kol itu tanaman sampingan saja. Sebab tidak bisa tanam kentang terus, harus selang seling supaya hasilnya bagus," tandasnya. Pada lahan seluas 3 ha tersebut, sekali panen bisa menghasilkan 60 ton kentang. "Itu biayanya dari tanam sampai panen, termasuk kita tinggal terima di rumah itu Rp 90 juta, sementara hasil penjualan pada harga standar bisa mendapatkan pendapatan kotor Rp 250 juta," kata Doni.
Keberhasilan tersebut tak lepas dari pengalaman dan pengetahuan yang dia peroleh ya, termasuk mengikuti penyuluhan di beberapa daerah."Pernah ikut penyuluhan di Jakarta, Malang, Bogor, dan beberapa tempat lain. Saya juga sempat mendapat penghargaan sebagai petani terbaik se Indonesia tahun 2009," kata Doni.
Menurutnya, kualitas kentang Super John yang dihasilkan petani Modoinding sudah diakui kualitasnya. "Kentang Modoinding tidak susah perawatannya, namun bisa bertahan satu bulan," jelas Doni yang dari hasil bertani dan berbisnis sudah memiliki rumah sendiri, beberapa unit mobil dan sepeda motor. Anak-anaknya pun sekolah hingga perguruan tinggi. "Di lahan saya sendiri, saya bisa menghasilkan 25 ton kentang sekali panen dan 17 ton wortel," kata Doni yang rutin memberi pembinaan terhadap Gapoktan se Modoinding. "Biasanya kami mengundang penyuluh, terutama penyuluhan soal hama dan penyakit. Juga sangat dibutuhkan adalah budidaya dan teknologi terbaru," katanya.
Petani sukses lainnya, Hesry Walean pun mensyukuri hasil yang dia peroleh dari tanaman kentang, kol dan wortel. "Ya lumayan, saya olah 2 hektare lahan, tanam bergantian antara wortel, kol dan kentang," kata Hesry. Untuk tanaman wortel, dia meraup penghasilan Rp 15 juta sekali panen. "Biasanya saya dapat 1.000 bantal per hektarenya. Jadi cukup, bahkan kelebihan," ujarnya semringah. Ukuran satu bantal wortel bisa mencapai 48 kilogram. [trb]
Tidak ada komentar