LUGAS - Sidney | Iwan Sunito kini telah sukses sebagai pengusaha properti di Sydney lewat Crown International Holdings Group yang dimilikinya. Tapi siapa sangka, Iwan ternyata pernah tidak naik kelas.
"Saya SD, SMP, dan SMA tidak naik kelas saat di Pangkalan Bun," katanya saat ditemui di Swisshotel, Sydney, Rabu (23/10/2013).
Namun dia mengakui, teman dan gurunya mengatakan, kelebihannya adalah pada bidang menggambar dan kerajinan tangan. Makanya tak heran, dia memasuki dunia properti lewat profesinya sebagai arsitektur.
Iwan yang umurnya masih di bawah 50 tahun ini memulai bisnis properti di Sydney sekitar tahun 1996 dengan rekannya Paul Sathiyo, dan keduanya mendirikan Crown.
"Kalau gergaji, drawing tidak ada lawannya, itu sudah berkah saya dari kecil. Jadi 17 tahun saya di arsitek, saya tahu kalau ada gambar yang tidak bagus," ucap Iwan.
Lantas apa yang jadi kunci suksesnya sehingga punya proyek apartemen puluhan triliun rupiah di Sydney? "Kuncinya adalah 5S," tegas Iwan.
Pertama adalah 'know our space'. Artinya, sebagai pengusaha harus mengetahui ruang lingkup usahanya.
"Kami memutuskan untuk menciptakan hunian bintang 5. Dan sebagai pengusaha asal Asia, saya ingin mendobrak pandangan orang bule di sini," jelasnya.
Kemudian kedua adalah 'building scale' atau meningkatkan skala kemampuan. "Kita terus menarik orang-orang terbaik untuk meningkatkan kemampuan. Saya tidak percaya one man show, tapi kerja tim," ungkap Iwan.
Ketiga adalah speed atau kecepatan. Lewat tim yang komplit, kata Iwan, perusahaannya bisa mengerjakan dan memasarkan proyek dengan cepat. "Tapi kami tetap fokus kepada proyek hunian atau residential," katanya.
Selanjutnya adalah 'sustainable'. Dia ingin agar perusahannya berkelanjutan, dan tidak menuntut pertumbuhan yang drastis namun tak berkelanjutan.
Terakhir adalah 'social' atau lingkungan sosial yang mendukung. "Motivasi tanpa strategi sama saja dengan frustrasi," tutupnya.
Tahun depan, Iwan bersama Crown akan meluncurkan 4 proyek apartemen dengan total nilai Rp 15,5 triliun di Sydney. (L/det)
Namun dia mengakui, teman dan gurunya mengatakan, kelebihannya adalah pada bidang menggambar dan kerajinan tangan. Makanya tak heran, dia memasuki dunia properti lewat profesinya sebagai arsitektur.
Iwan yang umurnya masih di bawah 50 tahun ini memulai bisnis properti di Sydney sekitar tahun 1996 dengan rekannya Paul Sathiyo, dan keduanya mendirikan Crown.
"Kalau gergaji, drawing tidak ada lawannya, itu sudah berkah saya dari kecil. Jadi 17 tahun saya di arsitek, saya tahu kalau ada gambar yang tidak bagus," ucap Iwan.
Lantas apa yang jadi kunci suksesnya sehingga punya proyek apartemen puluhan triliun rupiah di Sydney? "Kuncinya adalah 5S," tegas Iwan.
Pertama adalah 'know our space'. Artinya, sebagai pengusaha harus mengetahui ruang lingkup usahanya.
"Kami memutuskan untuk menciptakan hunian bintang 5. Dan sebagai pengusaha asal Asia, saya ingin mendobrak pandangan orang bule di sini," jelasnya.
Kemudian kedua adalah 'building scale' atau meningkatkan skala kemampuan. "Kita terus menarik orang-orang terbaik untuk meningkatkan kemampuan. Saya tidak percaya one man show, tapi kerja tim," ungkap Iwan.
Ketiga adalah speed atau kecepatan. Lewat tim yang komplit, kata Iwan, perusahaannya bisa mengerjakan dan memasarkan proyek dengan cepat. "Tapi kami tetap fokus kepada proyek hunian atau residential," katanya.
Selanjutnya adalah 'sustainable'. Dia ingin agar perusahannya berkelanjutan, dan tidak menuntut pertumbuhan yang drastis namun tak berkelanjutan.
Terakhir adalah 'social' atau lingkungan sosial yang mendukung. "Motivasi tanpa strategi sama saja dengan frustrasi," tutupnya.
Tahun depan, Iwan bersama Crown akan meluncurkan 4 proyek apartemen dengan total nilai Rp 15,5 triliun di Sydney. (L/det)
Tidak ada komentar