MPU Aceh Barat Pertanyakan Aktivitas LDII

LUGAS - Meulaboh | Wakil ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Barat, Tgk Ahmad Rivai, mempertanyakan terhadap munculnya kembali aktivitas ormas Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di Aceh Barat. Hal itu disampaikan Rivai dalam forum koordinasi di Kantor Kejari Meulaboh, Rabu (27/1).

"Kami ingin tahu apakah aktivitas LDII itu mempunyai izin...," kata Tgk. Ahmad Rivai.

Forum rapat di Kejari tersebut dilakukan  tim pengawasan aliran kepercayaan masyarakat (Pakem) seiring maraknya kasus Gafatar [Gerakan Fajar Nusantara]. Hadir dari Kepala Kantor Kesbangpol, Salamuddin, Plt Kankemenag, H Jakftar, Kadisdik Aceh Barat, Muslim Raden, pejabat dari Dinas Syariat Islam, Samsul Bahri serta perwakilan dari Kodim 0105 dan Polres Aceh Barat.

Sebagaimana catatan redaksi, saat ini LDII ada di 34 propinsi dan di seluruh kabupaten/kota serta hampir merata ada di seluruh kecamatan di Indonesia. Hadir sebagai sebuah organisasi massa islam yang fenomenal dengan intensitas pembinaan agama cukup tinggi terhadap pengikutnya, serta pembangunan fasilitas yang cukup pesat, bahkan pengurus pusat LDII hampir setiap bulan membagikan kendaraan operasional untuk para pengajar [ustad] yang tersebar hingga pelosok.


Inikah 'Penyimpangan' LDII?

Litbang redaksi menemukan, pada beberapa waktu silam beredar broadcast issu 'penyimpangan' LDII. Apa saja? Simak uraiannya di bawah ini:

1. Konsisten Memurnikan Agama
LDII berupaya untuk konsisten menjaga kemurnian agama islam. LDII tidak mentolerir praktik  beragama dengan hal-hal yang berbau takhayul, bid'ah, churafat [TBC] dan syirik.

2. Semata Mengurus Ibadah
LDII bertujuan untuk mengajak manusia untuk beribadah kepada Allah. LDII semata mengajak masyarakat menetapi tugas sebagai hamba Allah dimuka bumi. LDII tidak bertujuan politis. Hanya semata urusan agama.

3. Menggelorakan Nasionalisme Relijius
LDII mengidentifikasikan diri sebagai organisasi keagamaan yang relijius. Jika ada kelompok tertentu berkedok agama berupaya merongrong tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sebaliknya  bagi LDII, NKRI adalah harga mati. Bagi, LDII pancasila adalah final. Prinsip LDII sebagaimana diajarkan Islam,  mencintai negara adalah sebagian dari iman.

4. Mewadahi Semua Kalangan
Siapa saja yang ingin menetapi ibadah sebagaimana diajarkan Rasulullah SAW, tak ada salahnya mengikuti pengajian di majlis taklim  LDII. Di dalam pengajian di majlis taklim binaan ataupun yang bekerjasama dengan LDII, tidak ada batasan tertentu, baik dari sisi usia maupun strata sosial. Karena prinsip keterbukaan itu pula, LDII tidak menerbitkan kartu keanggotaan, sehingga tidak ada istilah anggota dan bukan anggota.

5. Semakin dibully semakin berkembang
Ibarat pohon, makin tinggi makin kencang diterpa angin, LDII yang kerap dikaitkan dengan aliran sesat justru semakin berkembang. Ormas yang diresmikan Mendagri Jend. (P) Rudini, ini telah berkembang di seluruh pelosok tanah air dan memiliki perwakilan di 42 negara.

6. Mandiri
Dimana ada sekelompok warga LDII, disitu akan berdiri majelis taklim, musholla atau masjid dengan dibiayai pembangunannya secara mandiri, tidak meminta sumbangan dari pemerintah ataupun masyarakat sekitar, namun gotong royong dari warga majlis taklim itu sendiri. Biasanya sebuah kompleks majlis taklim yang dibangun terdiri dari sarana seperti sekolah (minimal PAUD/TPA), hingga pondok pesantren, yang mana selalu dilengkapi dengan adanya wisma tamu dan lainnya.

7. Konsisten Membina Kader Sejak Dini 
LDII memiliki kekhasan dalam pembinaan kader atau generasi penerus. Agar remaja majlis taklim binaan LDII tampil sebagai generasi yang unggul, dilakukan metode pembinaan yang  dicanangkan sebagai program “Tri Sukses Generasi Penerus” yang meliputi : 1) 'alim/fakih [berilmu], 2) akhlakul karimah / berakhlak mulia, 3) mandiri.

Dalam pengkaderan ini juga dilakukan secara berkesinambungan [konsisten] secara terus-menerus dan sesuai tingkatan mulai dari membina kanak-kanak [caberawit], pra-remaja, remaja, mahasiswa, profesional muda, ibu rumah tangga hingga lansia dan warga berkebutuhan khusus seperti tuna rungu dan lainnya. Hal ini yang membuat majlis taklim dan masjid-masjid LDII dalam setiap harinya ada rutinitas terjadwal.

8. No Smoking 
Anda ingin mengenal warga LDII? Mudah saja tekniknya, tawari rokok! Sebab warga binaan LDII tidak merokok, sebagai ittiba' [mengikuti jejak] Rasulullah.

9. Memiliki Program Unggulan
LDII banyak memiliki program unggulan. Ditingkat anak-anak dan remaja dikenal “Program Tri Sukses”. Selain itu  ada program yang dinamai “Program 6 Tabiat Luhur”. Ke-enam tabiat tersebut meliputi 2 dimensi. Satu dimensi sosial dan satu lagi dimensi individu. Untuk dimensi sosial ialah rukun, kompak, dan kerjasama yang baik; sedangkan untuk dimensi individu ialah sikap jujur, amanah, dan kerja keras lagi hemat.

10. Tidak suka berdebat 
Di kehidupan nyata maupun dunia maya, LDII banyak didiskreditkan namun LDII tidak melayaninya. Apa sebab? LDII menganggap berdebat bantah-bantahan itu tidak ada faedahnya, lebih banyak mudhorotnya, dan agama bukan untuk diperdebatkan, namun untuk diamalkan.
Itulah setidaknya 10 'penyimpangan' LDII yang membuat ormas ini cukup sibuk dengan banyaknya kegiatan berpusat di masjid atau majelis taklim.


Pengamat: Isu LDII  Bernilai Ekonomi

Lembaga Dakwah Islam Indonesia yang memiliki perwakilan di 42 negara di dunia, ini cukup populer dalam mesin pencari [search engine] di internet, hal ini tak lepas dari tingginya aktifitas masyarakat mengisi konten tentang LDII di internet, baik yang sifatnya positif maupun yang negatif.

Seorang Digital Enthusiast Forum Grafika Digital [FGD Forum], Mahar Prastowo, mengungkapkan hal tersebut sebagai fenomena biasa, dimana sebuah isu kontroversial dijadikan sebagai pendongkrak popularitas. Hanya saja memang menjadi luar biasa karena keyword LDII di mesin pencarian di internet tak pernah redup, jadi top issue meski tak jadi trending topic, namun sekali ketik kata LDII, dalam waktu setengah detik muncul hampir setengah juta hasil pencarian. 

"Ambil positifnya saja, ini promosi gratis buat LDII, tinggal pada setiap konten yang mungkin dirasa kontroversial dan tidak benar itu, diberikan jawabannya, supaya pembaca juga tidak kebingungan mana yang black campaign, dan mana yang hanya hoax untuk menjadikannya sebagai mesin pencari uang," kata Mahar.

"Bagi pegiat digital, kata kunci LDII ini cukup cantik dan bernilai ekonomi tinggi, itu sebabnya kemudian jadi obyek eksploitasi oleh blogger dan penerbit media online yang tertarik dengan isu agama, untuk menjadikannya sebagai pendongkrak penghasilan, kemudian terus diproduksi hal-hal kontroversial tentang LDII. Karena yang kontroversial itulah yang menarik bagi konsumsi publik," terang Mahar, seraya menjelaskan tak jarang politisi beratribut keagamaan, atau agamawan yang tertarik terjun ke dunia politik juga memanfaatkan isu sensitif dan kontroversial untuk mendongkrak popularitas, meski muatanya adalah pembodohan terhadap masyarakat. 

"Setiap orang punya modus, punya motif, masyarakat sudah cukup cerdas untuk menilai," tutup Mahar.

[L/Agus]

Tidak ada komentar