Ke Laos, Delegasi Buddha NSI Bawa Pesan Perdamaian

LUGAS | Jakarta - “Kami ingin menjadikan agama Buddha di Indonesia sebagai agama Buddha nusantara, yang membuat umatnya semakin cinta tanah air. Gerakan ini akan memunculkan sumber daya manusia yang unggul, memberi perubahan yang baik bagi komunitasnya, memiliki tatakrama, sopan santun, dan kualitas jiwa yang unggul untuk membangun kebahagiaan diri sendiri dan membahagiakan orang lain,” ungkap Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja, Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI), Senin (15/8) di Kantor Kementerian Agama RI.

Keberadaan Suhadi Sendjaja di Kementerian Agama hari itu dalam rangka pelepasan delegasi kebudayaan NSI oleh Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin. Delegasi kebudayaan beranggota  42 orang berangkat ke Laos pada tanggal 16-22 Agustus 2016.

Melalui kesenian, delegasi NSI ingin menyuarakan perdamaian, mencintai tanah air dan melestarikan budaya bangsa dengan menampilkan kesenian tradisional Indonesia, yaitu 4 tarian tradisional Indonesia dan persembahan grup Angklung Gita Pundarikansi. 

Gerakan ini juga menjadi tindak lanjut dari gerakan NSI tahun lalu ke Myanmar, menanggapi permasalahan Rohingya. 

Beberapa permasalahan diakui Suhadi Sendjaja sangat memprihatinkan, terakhir adalah peristiwa dirusaknya rumah ibadah agama Buddha di Tanjung Balai Asahan, Sumatera Utara pada tanggal 30 Juli 2016 oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Jika sebagian besar pihak menilai ini sebagai permasalahan atau isu agama, faktanya, ini bukan isu agama, namun ini adalah usaha oknum untuk memecah belah dan merusak keharmonisan, citra baik agama, serta kehidupan beragama yang sudah terbangun dengan baik di Indonesia.
Menurut Suhadi, umat Buddha tetap bersikap positif dengan kejadian Tanjung Balai dan permasalahan internal lain, yang dijadikan sebagai hikmah positif  untuk semakin gigih mencintai tanah air Indonesia dan meningkatkan kualitas penghayatan dan pengamalan Buddha Dharma.

"Agama Islam dan agama Buddha selama ini telah hidup rukun di Indonesia, apa yang sudah terjadi di negeri kita adalah fase musim dingin, dan musim dingin pasti akan berubah menjadi musim semi, seperti yang Buddha Niciren selalu ajarkan dalam sastranya,” pungkas Suhadi.
[R10]

Tidak ada komentar