LUGAS| Jakarta - Jokowi dalam pidato sambutan pada HUT Golkar menyinggung pertemuan antara Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh dengan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman.
“Bapak Surya Paloh yang kalau dilihat malam ini, beliau cerah dari biasanya, sehabis pertemuan beliau dengan Pak Sohibul Iman di PKS,” ucap Jokowi disambut tawa hadirin.
“Wajahnya cerah, setelah beliau berdua berangkulan dengan Pak Sohibul Iman,” sambung Jokowi yang kembali disambut riuh seisi ruangan.
Jokowi menyampaikan, tak tahu makna mendalam dari maksud pertemuan tersebut. Terlebih ada adegan saling merangkul oleh keduanya.
“Tidak pernah saya dirangkul oleh Bang Surya seerat dengan Pak Sohibul Iman. Tadi di holding saya tanyakan, ada apa? Tapi nanti jawabnya dilain waktu dijawab,” imbuh kader PDIP ini.
Bisa jadi pernyataan Jokowi tersebut bermaksud mencairkan suasana, mengingat iklim politik yang masih menyisakan ketegangan pasca bagi-bagi kursi dalam pembentukan kabinet. Apalagi Surya Paloh adalah mantan politisi Golkar. Namun tampaknya Surya Paloh menganggap sebagai pernyataan nyinyir jauh dari fatsoen politik yang dilandasi nilai-nilai Pancasila.
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dalam pidatonya di pembukaan Kongres II Nasdem, Jumat (8/11/2019) di Jakarta, pun menanggapi pernyataan Jokowi yang terkesan nyinyir itu, soal pertemuannya dengan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman.
Politisi 'alumni' Golkar itu, menilai banyak muncul intrik-intrik yang mengundang sinisme dan kecurigaan satu sama lain sehingga menciptakan iklim tidak sehat dalam berbangsa dan bernegara.
“Hubungan rangkulan dan tali silahturahmi politik saja dimaknai dengan berbagai macam tafsir dan kecurigaan,” kata Surya.
“Bangsa ini sudah capek dengan segala intrik yang mengundang sinisme satu sama lain, kecurigaan satu sama lain, ini bangsa model seperti apa?,” imbuhnya.
Kondisi ini menurutnya, sudah bertentangan dengan sistem demokrasi liberal yang dianut Indonesia. Surya menganalogikan fenomena ini seperti seorang ingin melangkah maju, namun faktanya malah melangkah mundur.
Dia meminta agar hal-hal menyangkut kehidupan berbangsa bisa diselesaikan dengan musyawarah dan gotong royong. Serta tidak merasa diri lebih penting dari yang lainnya. Sebab, sinisme dan sikap saling curiga sangat bertentangan dengan Pancasila.
“Ngakunya partai nasionalis, partai pancasilais, ya buktikan saja. Rakyat yang membutuhkan pembuktian, partai mana yang paling menanamkan nilai-nilai Pancasila,” kata Surya.
Dia menilai partai yang masih mengajak berkelahi satu sama lain, bukanlah partai yang menjunjung tinggi Pancasila. “Jika Nasdem mau dikenal sebagai partai yang pancasilais, maka bersikaplah rendah hati, rangkul teman, tawarkan pikiran-pikiran sama teman jangan musuhi teman,” ucap Surya.
“Jangan karena partai tidak searah dengan jalannya lalu dia dianggap musuh. Itu bukan Indonesia sejati,” pungkasnya. (L)
Tidak ada komentar