LUGAS | Jakarta - Sekretaris Satgas Covid-19 PB IDI Dyah Agustina Waluyo mengatakan, hingga saat ini belum ada obat khusus untuk mengobati pasien yang terjangkit virus Covid-19. "Jadi semua diobati sesuai gejala. Kalau demam diberikan obat demam, pilek batuk diberikan obat pilek dan batuk, kemudian kalau sampai gagal napas ya pakai ventilator," katanya.
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) juga menepis obat malaria Chloroquine Phosphate bisa menjadi obat virus novel corona (Covid-19).
Kendati demikian, ia menegaskan, 90 persen kasus virus ini bersifat ringan. Untuk mencegah penularan virus ini, IDI mendorong masyarakat benar-benar menerapkan isolasi di rumah atau social distancing sesuai anjuran pemerintah.
"Jadi kita (harus) sepakat selama 14 hari ini di rumah, kecuali petugas medis atau aparatur sipil negara (ASN) yang memang punya tugas tertentu yang tidak bisa ditinggal. Insya Allah kasusnya (Covid-19) tidak melonjak, tapi tolong jangan meremehkan," ujar Dyah Agustina Waluyo, Selasa (17/3).
Sebelumnya, netizen sempat dihebohkan adanya kabar obat antimalaria chloroquine phosphate atau klorokuin fosfat dapat menyembuhkan pasien virus korona. Informasi tersebut bahkan diperkuat dengan riset yang menunjukkan ada "kemanjuran" dalam mengobati COVID-19. (L/ROL/Mahar)
Tidak ada komentar