LUGAS | Kuala Lumpur - Perusahaan mobil Hyundai asal Korea Selatan bakal memindahkan kantor pusat regional Asia Pasifik Hyundai Motor di Mutiara Damansara, Kuala Lumpur, Malaysia, ke Indonesia.
Kantor pusat Hyundai Motor Corporation ini berbeda dengan Hyundai Sime Darby Motors (HSDM) yang merupakan diler Hyundai di Malaysia sedangkan HSDM tetap berjalan seperti biasa.
Banyak mobil Genesis dan model Hyundai lainnya yang tidak dijual di Malaysia kadang-kadang terlihat di sekitar area Mutiara Damansara.
Akademi Pelatihan Hyundai akan ditutup pada akhir tahun ini karena Hyundai berkemas-kemas dan pindah ke Indonesia.
Kabar tersebut merupakan pukulan bagi ambisi Malaysia untuk menjadi hub otomotif regional di Asia Tenggara sebagaimana dikutip dari wapcar.my.
Sebagian besar staf Malaysia yang bekerja di sana telah di-PHK dan beberapa yang tersisa akan meninggalkan posisinya setelah serah terima ke tim Indonesia yang baru selesai. Serah terima akan dilakukan secara bertahap, dan diharapkan selesai akhir tahun ini.
Meskipun banyak pembicaraan tentang kendaraan generasi berikutnya (NxGV), Automated and Autonomous Connected Vehicle (AACV), Energy Efficient Vehicle (EEV), dan banyak lagi akronim alfabet dalam Kebijakan Otomotif Nasional 2020, banyak produsen telah berhenti mengucurkan lebih banyak uang di Malaysia, dan Indonesia adalah negara yang diinginkan oleh setiap pabrikan dunia saat ini.
Hal ini terjadi karena komitmen Presiden Jokowi untuk mempromosikan kendaraan listrik, sesuatu yang ingin dikejar oleh setiap pabrikan mobil dunia.
Menurut data yang dihimpun LUGAS dari beberapa sumber, bahwa pabrikan mobil dunia yang berkomitmen investasi mobil listrik antara lain Toyota dengan nilai Rp 28,2 Trilyun, Honda dengan nilai Rp 5,1 Trilyun, Hyundai dengan nilai Rp 21,8 Trilyun. Produsen mobil Tesla pun juga berencana akan investasi besar membangun pabrik di Indonesia.
Selain itu menurut Kepala Badan Koordinasi Badan Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia telah menandatangani nota kesepemahaman atau momerandum of understanding (MoU) dengan LG Energy Solution, yang merupakan perusahaan baterai kendaraan listrik asal Korea Selatan.
"Dengan penandatanganan MoU tersebut, dalam waktu dekat Indonesia akan segera memiliki pusat industri sel baterai kendaraan listrik yang terintegrasi, total investasi yang dilakukan oleh LG di Indonesia mencapai US$ 9,8 miliar atau sekitar Rp 143 triliun," ujar Bahlil.
Penulis : Tri Joko
Editor : Mahar Prastowo
Tidak ada komentar