LUGAS | Bantul, DIY - Pasca diterbitkannya Surat Edaran oleh Setda DIY tentang penutupan
Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) di Piyungan mulai 23 Juli sampai 5 September 2023, tiga wilayah dati II di Yogyakarta semakin mengalami darurat sampah.
Sebagaimana diketahui, keputusan penutupan TPAS Piyungan merupakan hasil kesepakatan Rapat Sekda Pemda DIY
dengan Sekda Pemda Kabupaten Sleman, Sekda Pemda Kabupaten Bantul, dan
Sekda Pemkot Yogyakarta. Masing-masing kabupaten/kota diminta mengambil
langkah-langkah penanganan sampah secara mandiri di wilayah
masing-masing.
Dituliskan dalam surat edaran tersebut, penutupan dikarenakan lokasi zona eksisting TPA Regional Piyungan yang sudah sangat penuh dan melebihi kapasitas. Oleh karenanya, pelayanan sampah di TPA Regional Piyungan tidak dapat dilakukan per 23 Juli hingga 5 September 2023.
Gubernur
DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X,
menyiapkan lahan berstatus tanah kesultanan atau "sultan ground" di
Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman sebagai tempat pembuangan sampah
sementara, demi mencegah 'Yogyakarta darurat
sampah' usai penutupan TPA Piyungan.
Kondisi darurat sampah ini kemudian mendorong segenap elemen masyarakat di wilayah kartamantul (Yogyakarta, Sleman, Bantul) untuk berkolaborasi bersama-sama mengatasi masalah sampah dengan berbagai cara, dari pengumpulan dan pemilahan, hingga pengolahan dan pengepresan.
Momentum bulan Agustus sebagai bulan kemerdekaan juga dimanfaakan masyarakat untuk meningkatkan kolaborasi dalam rangka mengisi kemerdekaan, sebagai wujud cinta
tanah air dan bela negara diantaranya dengan kerja bakti bersama bersih
sampah di sepanjang pesisir pantai Samas.
Kolaborasi yang tergabung dalam Suling Mas (Sukarelawan Lingkungan Bersama Masyarakat) ini diantaranya dilakukan bersama Sentra Komunikasi (SENKOM) Mitra Polri, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) dan Satuan Komunitas (Sako) Pramuka Persada Nusantara, paa Minggu (13/8/2023).
Ketua DPD LDII Kabupaten Bantul Nanang Dwi Antori, S.I.P memberikan sambutan didepan 450 orang peserta yang terdiri dari elemen mahasiswa KKN UGM, Senkom Rescue, Sako Pramuka, santri Pondok Pesantren Pelajar Pemuda LDII, sukarelawan dan masyarakat Pantai Samas. Dikatakan Nanang, persoalan sampah adalah persoalan bersama dan harus dihadapi serta diupayakan penyelesaiannya bersama-sama.
Kanit Binpolmas Polres Bantul Iptu Basuki dalam sambutannya sekaligus menyampaikan pesan kamtibmas terkait darurat sampah. Peserta diminta untuk mengelola sampah secara mandiri dan menjadi kewajiban bersama, sekaligus turut serta memelihara keamanan di masyarakat.
"Lingkungan bersih juga sebagai bagian dari keimanan," ucap Iptu Basuki.
Panewu Sanden Deni Ngajis Hartono dalam kesempatanya menyampaikan ucapan terimakasih dan mengapresiasi semua pihak yang terlibat dalam kolaborasi antara pemerintah dengan masyarakat yang terdiri atas berbagai elemen seperti LDII, Senkom, sukarelawan dan Pramuka.
"Terimakasih dan apresiasi semua pihak yang terlibat dalam kolaborasi
antara pemerintah dengan warga LDII, Senkom, sukarelawan dan Pramuka yang dalam hal ini berkolaborasi penanganan darurat sampah yang ada di kabupaten Bantul, sehingga dengan kebersamaan ini kedepanya Bantul menjadi kota yang bersih dari sampah," ucap Panewu Sanden Deni Ngajis Hartono.
Ketua Senkom Suryo Edi Ismoyo menyampaikan soal agenda kolaborasi SULING MAS dalam rangka bersih sampah.
"Masyarakat supaya memilah sampah menjadi jariyah, salah satunya sampah plastik yang sebisa mungkin dimanfaakan dan dikelola disalah satu pondok pesantren dan keluarga kecil mandiri, dan hasilnya bisa dirasakan sebagai pendapatan tambahan antara enam ratus ribu hingga satu juta rupiah. Itu salah satu manfaat pilah sampah," terang Suryo Edi Ismoyo.
Tampak hadir dalam kegiatan antara lain Panewu Sanden Deni Ngajis
Hartono, Komandan Sat
Pol Air Pantai, Komandan Pos AL, Kanit Binpolmas Iptu Basuki, Ketua Senkom Edi Suryo Ismoyo, Lurah Srigading, Pengurus LDII dan
Sako Pramuka SPN.
Laporan Wisnu Jatmiko
Tidak ada komentar