Warga Tanggan dan Babinsa Bahu-Membahu Bangun Talud, Wujudkan Ketahanan Infrastruktur Desa


Sragen – Matahari belum sepenuhnya meninggi ketika warga Dusun Corot, Desa Tanggan, Kecamatan Gesi, mulai turun ke lokasi pembangunan talud. Cangkul, sekop, dan ember saling berpindah tangan. Suara canda dan koordinasi menyatu dengan dentingan batu dan tanah yang digali. Di tengah barisan warga, tampak seorang tentara berbaju loreng—Serda M. Yasin, Babinsa Desa Tanggan dari Koramil 12/Gesi Kodim 0725/Sragen.

Pagi itu, Jumat (14/3/2025), warga dan Babinsa bergotong royong dalam pembangunan talud yang akan memperkuat struktur jalan desa. Pekerjaan diawali dengan penggalian tanah untuk fondasi awal, memastikan talud berdiri kokoh dan tahan lama.

Serda M. Yasin menjelaskan, keterlibatannya bukan sekadar tugas, melainkan wujud kepedulian terhadap desa binaannya. "Kami ini bagian dari masyarakat. Kalau ada pembangunan infrastruktur yang tujuannya untuk kepentingan umum, kami merasa terpanggil untuk terlibat. Ini juga sejalan dengan perintah Danramil agar Babinsa selalu hadir dan membantu kesulitan warga," ujarnya sambil tetap menggali tanah. 

Warga Tanggan dan Babinsa Bahu-Membahu Bangun Talud, Wujudkan Ketahanan Infrastruktur Desa

Pembangunan talud ini bukan semata-mata soal estetika, tapi juga soal ketahanan desa dalam menghadapi cuaca ekstrem. Tanpa talud yang kuat, erosi bisa terjadi, merusak jalan, dan pada akhirnya menghambat akses warga. Itu sebabnya, proyek ini menjadi prioritas masyarakat setempat.

Salah satu warga, Sukardi (52), mengapresiasi kehadiran Babinsa. "Kalau Babinsa ikut turun langsung begini, kami jadi lebih semangat. Rasanya ringan kerja kalau dikerjakan bersama-sama," katanya sambil menyeka keringat di dahinya.

Danramil Gesi, Lettu Inf Suparno, di tempat terpisah menegaskan bahwa kehadiran Babinsa di lokasi bukan sekadar formalitas. "Kami ingin memastikan bahwa pembangunan ini berjalan lancar dan selesai tepat waktu. Kehadiran Babinsa juga mempererat hubungan antara TNI dan rakyat, karena kebersamaan seperti inilah yang membuat desa menjadi kuat," ujarnya.

Pembangunan talud di Dusun Corot ini bukan proyek besar, tetapi memiliki dampak yang luas bagi warga. Ini adalah contoh nyata bagaimana gotong royong masih hidup di masyarakat, bagaimana sinergi antara warga dan aparat bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk banyak orang.

Talud mungkin hanya berupa susunan batu dan semen, tetapi semangat kebersamaan yang menyusunnya jauh lebih bernilai. Di tengah era modernisasi, desa-desa seperti Tanggan tetap menunjukkan bahwa pembangunan terbaik bukan hanya soal anggaran, melainkan soal kebersamaan. 



Laporan Agus Suyono | Editor: Mahar Prastowo | LUGAS