Hikmah Hidup dalam Keseimbangan
"Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi."
(QS. Al-Furqan: 53)
(QS. Al-Furqan: 53)
Tak ada yang lebih menyentuh hati kecuali saat kita menyadari bahwa hidup adalah perjalanan—penuh gelombang, pasang surut, dan arus yang tak bisa selalu kita kendalikan. Maka dalam bingkai kehidupan ini, Allah SWT menghadirkan pelajaran mendalam lewat air, makhluk yang tak berbicara namun menebar hikmah.
Air mengalir, lembut, namun mampu melubangi batu. Tenang, tapi bisa menjadi taufan. Ia menerima apa pun bentuk wadahnya, namun tetap membawa kehidupan. Maka benarlah, saat para bijak bestari—dan kini para da'i menyarankan: "Hiduplah seperti air mengalir."
Tapi apa makna sebenarnya?
Hidup yang Dinamis, Tak Kaku oleh Takdir
Al-Qur’an mengajarkan bahwa perubahan adalah bagian dari sunnatullah. Manusia diciptakan dengan ujian, bukan untuk stagnan.
Al-Qur’an mengajarkan bahwa perubahan adalah bagian dari sunnatullah. Manusia diciptakan dengan ujian, bukan untuk stagnan.
QS. Al-Insyirah: 6 mengingatkan:
"Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Keseimbangan: Sunnatullah dalam Setiap Gerak
Dalam QS. Al-Furqan: 53, Allah menjelaskan tentang dua laut yang mengalir berdampingan. Satu tawar, segar. Satunya asin dan pahit. Namun keduanya tak pernah berseteru. Mereka tetap menjalankan perannya dengan batas yang jelas.
Begitu juga dengan hidup. Keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara amal dan istirahat, antara sedih dan bahagia, adalah keniscayaan. Kita diajarkan untuk bersabar dan bersyukur secara bersamaan.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menulis dalam Madarij as-Salikin, bahwa jiwa yang sehat adalah jiwa yang tahu kapan harus tenang dan kapan harus berjuang, seperti air yang tahu kapan mengalir, kapan diam di telaga.
Ikhlas: Kunci Kelancaran dan Kedamaian
Bagaimana air mengalir tanpa membantah bentuk sungai? Karena ia ikhlas, tidak pernah menolak takdir jalannya. Inilah yang dalam Islam disebut ridha terhadap ketetapan Allah. Nabi ï·º bersabda:
"Barang siapa yang ridha terhadap takdir Allah, maka Allah akan ridha padanya."(HR. At-Tirmidzi)
Ikhlas bukan menyerah, tapi menerima setelah berusaha. Ia seperti beningnya air yang tidak menyimpan kotoran, karena terus bergerak. Seperti itu pula hati yang lapang: ia tak akan mudah keruh oleh kecewa atau amarah.
Tiga Bekal Menjalani Hidup Seperti Air
Jangan biarkan aliran hidup terhenti hanya karena rintangan kecil. Allah memerintahkan kita untuk terus bergerak:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri." (QS. Ar-Ra’d: 11)
2. Doa sebagai Kompas Spiritual g Ketika kita lelah, kita bersimpuh. Ketika air keruh, ia menunggu waktu untuk menjernih. Maka sabarlah dalam doa. Rasulullah ï·º bersabda:
"Doa adalah senjata orang mukmin." (HR. At-Tirmidzi)
3. Ikhlas dan Ridha sebagai Penenang Hati
Bukan semua keinginan harus tercapai, tapi setiap langkah harus bernilai ibadah. Karena pada akhirnya, yang penting bukan seberapa cepat air itu sampai ke laut, tapi seberapa banyak ia memberi kehidupan dalam perjalanannya.
Buah Manis dari Jiwa yang Mengalir
Hidup tak akan panik saat diterpa gelombang ujian, karena tahu semuanya akan berlalu.
- Keikhlasan yang Tertanam Kuat Jiwa yang ikhlas seperti mata air yang terus memancar, tak habis walau disedot berkali-kali.
Dalam hidup, kita tidak bisa terus berada di puncak. Ada kalanya turun, tergelincir, bahkan terhempas. Tapi seperti air, yang jika jatuh dari ketinggian pun tetap mengalir ke tempat yang bermanfaat, manusia beriman pun diajarkan untuk berjalan terus meski perih, dengan menyimpan harapan bahwa Allah tak pernah meninggalkannya.
- Kekuatan dalam Ujian
Orang yang siap mengalir bersama takdir Allah tak akan tumbang dalam badai. Ia akan terus tumbuh, sebagaimana air menghidupi setiap tempat yang dilaluinya.
- Kekuatan dalam Ujian
Orang yang siap mengalir bersama takdir Allah tak akan tumbang dalam badai. Ia akan terus tumbuh, sebagaimana air menghidupi setiap tempat yang dilaluinya.
Mengalirlah, Tapi Jangan Lupa Tujuan
Saudaraku, seperti air yang tak berhenti sebelum sampai ke muara, kita pun tak boleh berhenti sampai bertemu Allah dalam ridha-Nya. Dalam perjalanan ini, kita mungkin akan melewati bebatuan tajam, jurang dalam, atau gurun kering. Tapi asal kita tetap mengalir, Allah akan tunjukkan jalannya.
"Allahu ma’ana -- Allah bersama kita."
Wallahu a’lam bish-shawab.
Wallahu a’lam bish-shawab.
_________________
📞 https://wa.me/6281328641049
Gratis bagi Yatim/Dhuafa
Redaksi KARIBATI - Kajian Harian Pengobat Hati | PP Al-Birru Sabilussalam
Pondok Pesantren Tahfidzh Al Qur’an 📞 https://wa.me/6281328641049
Gratis bagi Yatim/Dhuafa
Tidak ada komentar