LUGAS | MAMUJU — Di tengah riuhnya libur sekolah dan godaan teknologi yang makin menggoda, sekelompok anak-anak hingga remaja di Kabupaten Mamuju justru memilih jalur yang berbeda. Mereka mengisi waktu libur bukan dengan bermain gawai atau berlibur ke tempat hiburan, melainkan mendalami ilmu agama dalam suasana hangat dan mendidik.

Pada Sabtu–Minggu, 28–29 Juni 2025, Pimpinan Anak Cabang Lembaga Dakwah Islam Indonesia (PAC LDII) Karema kecamatan Mamuju menggelar kegiatan Asrama Pendalaman Ilmu Agama yang berlangsung selama dua hari penuh di Musholla Baitul Mansurin, Jl. Andi Endeng, Kelurahan Karema. Pesertanya berasal dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari anak-anak TK, siswa SD, SMP, hingga SMA.

Kegiatan ini menjadi oase pendidikan ruhani di tengah liburan panjang. Menurut Pembina PAC LDII Karema kecamatan Mamuju, Ibrahim Rudali, S.E, program ini bukan sekadar mengisi waktu, tetapi menjadi sarana penting untuk mengevaluasi hasil pembelajaran agama yang selama ini diajarkan di musholla.

“Kami ingin melihat sejauh mana ilmu yang diserap anak-anak. Tapi lebih dari itu, kegiatan ini adalah upaya konkret membina karakter generasi muda agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas,” ujar Ibrahim kepada LUGAS.

Tiga Pilar untuk Generasi Tangguh


Di tengah tantangan era digital yang sarat distraksi, Ibrahim menekankan pentingnya membekali anak-anak dengan tiga pilar utama:

1. Pemahaman agama yang kokoh,
2. Budi pekerti luhur
3. Kemandirian dalam bersikap.

“Kalau anak tidak punya bekal agama, gawai bisa jadi bencana. Tapi kalau hatinya sudah diberi fondasi akhlak dan ilmu, maka teknologi justru bisa jadi alat kemajuan,” imbuhnya.

Tak hanya teori, kegiatan ini juga mengajak peserta untuk mempraktikkan langsung berbagai materi seperti hafalan surat pendek, doa harian, hingga tata cara sholat yang benar. Di akhir kegiatan, mereka juga dikenalkan dengan 29 karakter luhur, nilai-nilai yang diyakini sebagai fondasi membentuk pribadi generasi penerus (generus) yang tangguh dan siap menjadi pemimpin masa depan.

Guru pengajar, Muhammad Rofik, menambahkan bahwa kegiatan ini memperkuat rasa kekeluargaan dan kebersamaan di antara peserta.

“Kami tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga membangun kekompakan dan kerukunan. Ini penting sebagai modal sosial bagi anak-anak ke depan,”* ujarnya.



Dari Musholla, Tumbuh Harapan


Asrama berlangsung dalam suasana yang penuh semangat dan kekeluargaan. Orang tua turut hadir, bukan hanya sebagai pengantar, tapi juga sebagai pendukung aktif kegiatan. Para ibu dengan sukarela menyiapkan konsumsi seperti bakso kuah dan bakso bakar untuk seluruh peserta.

Penutupan kegiatan dilakukan dengan pembakaran api unggun—sebuah momen sederhana namun penuh makna, sebagai simbol semangat yang membara untuk terus belajar dan menebar kebaikan.

“Kami berharap kegiatan ini menjadi rutinitas setiap liburan sekolah. Anak-anak bisa belajar, bermain, dan tumbuh bersama dengan nilai-nilai kebaikan,” harap salah satu orang tua peserta.

Merawat Akar Bangsa

Kegiatan seperti yang dilakukan LDII Karema Mamuju juga dilakukan oleh seluruh anak cabang LDII. Ini menunjukkan bahwa pendidikan karakter tidak harus mahal, tidak harus canggih. Ia bisa tumbuh dari musholla kecil di sudut desa dan kota, serta semangat ibu-ibu yang memasak, dari guru-guru yang ikhlas mengajar, dan dari anak-anak yang mau mendengar.

Di era yang kian deras arus distraksinya, kegiatan seperti ini adalah pelita. Bahwa di Mamuju—dan mungkin di banyak daerah lainnya—masih ada generasi yang disiapkan bukan hanya untuk pintar, tetapi juga baik dan bijak.



Laporan: Ibra | Editor: Mahar Prastowo