LUGAS | Banyuasin, Sumatera Selatan – Di tengah kesunyian Desa Rimba Balai, Kecamatan Banyuasin III, sebuah cahaya kecil harapan kembali menyala. Ketua PGRI Kabupaten Banyuasin terpilih, Herlani, S.Pd., hadir bukan hanya sebagai pendidik, tapi juga sebagai penjaga mimpi seorang anak yatim yang tengah berjuang menggapai cita-citanya menjadi guru.
Anak tersebut baru saja kehilangan ayahnya akibat kecelakaan di Desa Pulau. Kini ia tinggal bersama sang ibu dalam keterbatasan ekonomi. Namun, semangatnya tak surut. Dengan penuh keyakinan, ia tetap ingin melanjutkan pendidikan di pesantren agar kelak dapat menjadi guru—sebuah cita-cita mulia yang tumbuh dari luka dan keikhlasan.
“Kita tergerak karena semangat anak ini luar biasa. Ia baru kehilangan ayahnya, tapi tidak kehilangan cita-citanya. Maka kita hadir, kita bantu. Ini bukan soal materi, tapi tentang menjaga harapan agar tidak padam,” ungkap Herlani dalam penyerahan bantuan perlengkapan sekolah pada Selasa, 8 Juli 2025.
Menyulut Semangat, Menjaga Harapan
Disaksikan kepala desa, perangkat desa, dan para guru, kegiatan tersebut menjadi simbol nyata bahwa dunia pendidikan hadir hingga ke pelosok desa. Herlani menegaskan bahwa satu anak yang dibantu hari ini dapat menumbuhkan banyak harapan di kemudian hari.
“Dari satu anak ini, bisa tumbuh semangat baru. Dan dari sanalah kita percaya, pendidikan adalah jalan pemulihan,” tambahnya.
Anak itu, dengan seragam rapi dan mata berbinar, menerima bantuan sambil berdiri diapit para guru yang tak hanya membawa paket bantuan, tetapi juga menghadirkan pelukan moral dari komunitas pendidik.
Langkah Herlani dan jajaran PGRI Banyuasin mencerminkan semangat yang digaungkan oleh Bupati Banyuasin, Dr. H. Askolani Jasi, S.H., M.H., yakni mendorong pemerataan akses pendidikan yang menyentuh langsung masyarakat kecil.
Melalui visi "Banyuasin Bangkit, Adil, dan Sejahtera", Bupati Askolani menanamkan nilai kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas—yang kini diterjemahkan oleh para guru ke dalam aksi nyata di tengah masyarakat.
Tak Ada Anak yang Ditinggalkan
Bantuan ini tidak hanya menyentuh kebutuhan fisik, tetapi juga menyentuh jiwa dan semangat seorang anak yang tengah diuji oleh kehidupan. Kegiatan tersebut menjadi bukti bahwa Banyuasin menolak membiarkan siapa pun tertinggal dalam perjalanan pendidikan.
“Mimpi anak ini terlalu mulia untuk dibiarkan padam. Maka kami jaga bersama-sama. Dari guru, dari desa, dari kita semua,” tutup Herlani dengan suara bergetar, disambut tepuk tangan hangat warga yang hadir.
Laporan: Mulyono Kakang Prabu – Banyuasin | Editor: Mahar Prastowo
Tidak ada komentar