LUGAS | Kebon Pala, Makasar, Jakarta Timur
Sabtu malam, udara mulai lembap saat jam menunjukkan pukul 20.30. Namun suasana Lapangan RT 002 RW 05 di Jalan Usman Harun, Kelurahan Kebon Pala, justru semakin hidup. Deretan kursi plastik berjejer rapi di bawah lampu sorot seadanya. Warga berkumpul untuk satu agenda yang kini menjadi tradisi baru di wilayah padat itu: Ngopi Kamtibmas—ngopi sambil bicara soal keamanan.
Kapolsek Makasar Kompol Sumardi, SH, MM, menjadi pembicara utama malam itu. Dengan nada tenang tapi tegas, ia membuka arahannya dengan menyentil kebiasaan warga yang terlalu permisif terhadap lingkungan.
“Banyak kejahatan bukan karena niat, tapi karena kesempatan. Sayangnya, kesempatan itu diciptakan oleh kita sendiri, karena terlalu cuek,” ujarnya.
Ia menyebut berbagai modus kejahatan yang belakangan marak, mulai dari pencurian kendaraan bermotor dengan modus ditakut-takuti, hingga kurir fiktif yang mengantarkan paket palsu. Bahkan penipuan digital seperti pinjaman online (pinjol) dan judi online (judol) juga turut dibahas.
"Tegur Orang Asing, Jangan Diam!"
Kapolsek mengimbau warga untuk tidak segan menegur orang asing yang mencurigakan. “Kalau lingkungan peduli, penjahat akan pikir dua kali. Tapi kalau masyarakat cuek, ya makin banyak peluang,” katanya.
Ia juga menyoroti lemahnya penerapan aturan tamu wajib lapor 1x24 jam yang kerap hanya jadi slogan. “Tidak ditanya identitas, tidak dicatat. Itu yang harus kita perbaiki.”
Ormas dan Pengurus Lingkungan Jangan Cuma Gagah Nama
Secara khusus, Kompol Sumardi mengajak ormas-ormas di wilayahnya untuk tidak menjadi sumber ketakutan, melainkan pelindung masyarakat.
“Kita jangan seperti yang sedang disorot. Dulu ormas sering ditakuti karena ada backing kuat. Sekarang kita harus jadi penolong, bukan pengancam,” tegasnya. Ia mengingatkan agar ormas tidak menyalahgunakan nama besar untuk kepentingan pribadi.
“Jangan juga pengurus lingkungan jadi provokator pelanggaran hukum. Serahkan saja kepada aparat.”
Tawuran dan Luka yang Tak Dicover BPJS
Sorotan tajam juga ditujukan pada maraknya tawuran remaja. “Kalau ada yang luka, baik pelaku maupun korban tetap dianggap pelaku. Dan luka karena tawuran tidak ditanggung BPJS,” jelasnya.
Pernyataan ini mengundang keheningan, menyadarkan orang tua yang hadir bahwa peran mereka tidak bisa digantikan oleh aparat.
RW 05 Bergerak: Ronda, Remaja, dan Community Action Plan
Ketua RW 05, Tulus Muara Siregar, dalam sambutannya menyampaikan bahwa pihaknya sudah berkomitmen untuk mendukung Kamtibmas, salah satunya dengan mengaktifkan ronda di beberapa RT.
“Kenakalan remaja sudah menjurus ke kriminal. Kita kawal. Dan Community Action Plan yang sedang kami susun diharapkan bisa memperbaiki banyak hal,” ujarnya.
Tokoh Agama: Jangan Tertipu Jubah
Ketua DKM Al Ikhlas, Azhar Khan, menyuarakan kegelisahan moral atas maraknya pelanggaran hukum oleh oknum tokoh agama.
“Kadang kita tertipu jubah. Ada guru ngaji mencabuli santri. Itu PR besar bagi para pemuka agama pemula. Agama jadi pembenaran pelanggaran hukum,” katanya.
Solidaritas Lintas Elemen
Acara Ngopi Kamtibmas ini dihadiri oleh Kapolsek dan jajarannya, Ketua RW 05, para Ketua RT, LMK 05, FKDM, Karang Taruna, FKPM, Senkom Mitra Polri, Pokdar Kamtibmas Bhayangkara Ruslan Anggara, tokoh masyarakat, DKM, Komunitas Ketapel, Ketua FBR Bapak Adi Mulyadi, serta Kasatpol PP Kelurahan Kebon Pala, Johan Wahyudi.
Dalam penutup, Sumardi memimpin apel singkat dan mengingatkan: “Kalau bukan kita yang jaga lingkungan, siapa lagi?”
---
Catatan Redaksi:
Di tengah kepenatan kota dan jenuh narasi ketakutan, Ngopi Kamtibmas jadi ruang penyambung yang sejuk. Antara polisi dan warga, ormas dan tokoh agama, semua duduk sejajar, tak ada barikade. Sebab keamanan bukan tugas satu dua orang, tapi hasil kepedulian bersama.
Galeri kegiatan:

Tidak ada komentar