LUGAS | Jakarta - Talkshow dan Pameran Foto Ritus Cahaya: Bangun Narasi Budaya Melalui Fotografi di Era Media Sosial. Kegiatan ini diselenggarakan di Hall 101 (One on One) Urban Hotel Pemuda Rawamangun, Jakarta Timur, yang sangat akrab bagi sejumlah komunitas hingga WO, pada Sabtu (13/12/2025).
Kegiatan Talkshow menghadirkan narasumber yang ahli di bidang fotografi , Didi Sugandi, M. Ikom Fotografer dan Praktisi Sosial Media dan DR. IR. Hetifah Sjaifudian, MPP., Ketua Komisi X DPR RI.
Talkshow dan pameran foto yang diadakan menarik banyak pengunjung yang datang untuk menambah ilmu atau sekedar menikmati karya-karya fotografi.
Rany R Rara ketua panitia, mengatakan Sedikitnya, 70 orang mengikuti Talkshow dan pameran Foto. Dia juga salut dengan antusiasme peserta, yang mungkin sekedar menambah ilmu atau sekedar cari hiburan melihat hasil karya yang dipajang di arena acara.
“Hasilnya luar biasa. Keluar biasaan ini tidak hanya karena teknologi kamera yang semakin canggih, tapi juga karena skill masing masing fotografer dalam menyajikan objek melalui seni fotografi. Pameran dan Talkshow ini menegaskan peran penting fotografi jurnalistik sebagai medium visual yang mampu merekam realitas sosial secara mendalam," ujar Rara.
Acara dibuka Ketua Komisi X DPR RI, Dr. Ir. Hetifah Sjaifudian, MPP., yang tak dapat hadir langsung, secara daring dalam sambutannya menempatkan fotografi pada posisi yang lebih luas. Fotografi hari ini, menurutnya, tidak lagi sekadar karya visual, tetapi telah menjadi medium narasi, alat refleksi budaya, sekaligus jembatan antara tradisi dan generasi muda di tengah arus media sosial yang begitu cepat. Cahaya, kata Hetifah, bukan semata urusan teknis, melainkan simbol kesadaran-tentang apa yang layak disorot dan apa yang tidak boleh dilupakan.
Dengan menghadirkan Dudi Sugandi, M. Ikom, Fotografer dan Praktisi Sosial Media. Menurutnya Jadi, fotografi bisa membawa kita mengenali apa yang diresahkan kemudian divisualisasikan.
Dalam Talkshow tersebut Dudi Sugandi sebagai Narasumber yang berpengalaman memberikan penjelasan bahwa di era digital yang semakin pesat, fotografi telah menjelma menjadi bahasa universal yang mampu menyatukan dunia.
Menurut Dudi, zaman sekarang semua orang bisa membuat foto yang terlihat rapi dan menarik. Filter tersedia, efek kreatif mudah dipakai, latar belakang bisa diatur. Tetapi foto yang hanya berhenti pada keindahan visual akan cepat habis dikonsumsi.
"Selain objek di depan," kata Dudi, "latar belakangnya itu harus punya tekstur kreatif. Harus ada situasi. Harus ada rasa."
Ia menyebut soal komposisi, pencahayaan, efek di bagian atas dan belakang gambar. Semua penting. Namun ada satu hal yang sering terlewat: cerita.
"Kita biasanya lihat foto itu apa?" ujarnya lagi. "Oh, pencahayaannya bagus. Siluetnya dapet. Momennya dapet. Tapi kita lupa, foto itu punya cerita,"
Dudi juga menyinggung Teknologi AI (Artificial Intelligence) yang merupakan sistem komputer yang dirancang yang menurutnya merevolusi fotografi dengan mempercepat alur kerja (pengeditan otomatis, peningkatan kualitas gambar, penghapusan objek) dan membuka kreativitas baru (generasi gambar, restorasi foto lama), membuat proses lebih efisien dan hasilnya lebih profesional, namun demikian menurut Dudi juga menimbulkan tantangan etika seperti deepfake dan kekhawatiran hilangnya keterampilan manual, dengan peran fotografer bergeser dari teknis murni ke visi artistik dan narasi.
Talkshow yang dihadiri pecinta Fotografi itu tampak hidup dan menyenangkan, Dudi Sugandi menyampaikan penjelasan foto dengan jelas, sistematis, dan menarik perhatian peserta.
"Ini acara sangat bagus, ditambah lagi dengan kemampuan nara sumbernya Dudi Sugandi yang berbicara di depan umum luar biasa, menggunakan bahasa yang mudah dipahami, serta mampu menjawab semua pertanyaan audiens," kata Wiebowo Agus, salah satu peserta yang juga vendor fotografi wedding dan travel. (L)
Tidak ada komentar