15 Siswa SMAN 5 Yogyakarta Raih Predikat Jayyid Jiddan dalam Program Tahfizh
LUGAS | Yogyakarta, 10 Mei 2025 - Deretan kursi tertata rapi di ballroom Hotel Merapi Merbabu, Seturan, Sleman. Pada Sabtu pagi yang teduh, lantunan ayat suci menggema, seolah membelah suasana khidmat dalam acara wisuda kelulusan SMAN 5 Yogyakarta. Namun hari itu bukan sekadar prosesi pelepasan siswa angkatan 2024/2025. Di balik toga dan senyum perpisahan, ada prestasi senyap yang menggetarkan: 15 siswa-siswi hafal Al-Qur’an dengan predikat Jayyid Jiddan.
Mereka adalah wajah-wajah muda yang tak hanya menuntaskan kurikulum akademik, tapi juga menyelesaikan perjalanan spiritual—menghafal Kalamullah dalam program ekstrakurikuler tahfizh yang menjadi ikon unggulan sekolah di jantung Kota Pelajar itu.
“Ini bukan hanya tentang kelulusan, tapi juga tentang akhlak dan integritas,” ujar Kepala Sekolah SMAN 5 Yogyakarta, Siti Hajarwati, S.Pd., M.Pd.Si dalam sambutannya. Ia menyampaikan apresiasi penuh kepada para orang tua, guru pembimbing, dan para siswa yang telah menapaki proses pembelajaran dengan tuntas dan penuh dedikasi. Tahun ini, sebanyak 288 siswa dinyatakan lulus dari sekolah, sebagian di antaranya menyandang gelar istimewa: hafizh dan hafizah.
Salah satu nama yang mencuat adalah Dinar Rahma Firdaus, siswi yang berhasil menghafal satu juz Al-Qur’an dan memperoleh predikat Jayyid Jiddan. Dinar bukan siswa biasa. Ia juga tercatat sebagai santriwati Pondok Pesantren Pelajar dan Mahasiswa (PPPM) Al Karima Baitussalam, yang berada di bawah bimbingan DPD LDII Kota Yogyakarta.
Di akhir prosesi, para hafizh dan hafizah menerima sertifikat serta uang pembinaan. Sebuah bentuk apresiasi yang mungkin tak sebanding dengan lelah mereka berjibaku dengan hafalan, namun cukup untuk mengabadikan jejak keberhasilan dalam lembar sejarah pendidikan mereka.
Program tahfizh di SMAN 5 Yogyakarta, yang sebelumnya hanya program tambahan, kini menjelma sebagai pembentuk karakter dan jati diri siswa. Dalam lanskap pendidikan yang kerap berkutat pada angka dan nilai, kehadiran para penghafal Qur’an seperti oase di tengah keringnya orientasi akademik.
Kini, setelah resmi dinyatakan lulus, mereka akan melangkah ke jenjang yang lebih tinggi. Namun satu hal pasti: ayat-ayat yang mereka hafal akan tetap terpatri dalam dada, menjadi cahaya di setiap tapak perjalanan hidup ke depan.
Laporan Wisnu Jatmiko | Editor: Mahar Prastowo
Tidak ada komentar