TABLOIDLUGAS.COM | Nasional – “Kalau Senkom Mitra Polri bekerjasama dengan ummat Buddha untuk pengamanan kegiatan hari besar, apakah lantas Senkom bisa dikatakan sebagai organisasi Walubi? Tentu tidak. Demikian halnya ketika kami bekerjasama dengan LDII, bukan berarti Senkom samadengan LDII,” jelas Ketua Umum Senkom Mitra Polri, HM. Sirot, SHP, SIP.
Pernyataan Ketua Umum Senkom Mitra Polri diatas menanggapi artikel di portal online yang diduga dibiayai jaringan zionis untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa dengan isu SARA.
Media yang diduga merupakan jaringan kepentingan asing dengan mengatasnamakan agama tersebut, dalam artikelnya menyamakan Senkom dengan LDII karena kedua ormas terlibat dalam kerjasama.
Menurut Sirot, adalah suatu kewajaran dua ormas berbeda menjalin kerjasama sesuai dengan kompetensi masing-masing. Seperti halnya Senkom Mitra Polri yang dilatih secara khusus dan intensif dalam kamtibmas dan sosial kebencanaan. Dan LDII sebagai ormas di bidang keagamaan. Kedua ormas dalam kerjasama ini menjalankan peran masing-masing, seperti Senkom mengamankan kegiatan-kegiatan LDII, dan LDII sebagai sebuah lembaga dakwah keagamaan memberikan pembinaan mental kepada anggota Senkom.
“Disamping itu, karena LDII memiliki berbagai fasilitas, maka Senkom juga dibantu dalam penggunaan fasilitas seperti tempat untuk melaksanakan diklat setiap bulan dari tingkat pusat hingga sektor-sektor,” ujar Sirot.
Sirot justru mempertanyakan kenapa kalau Senkom bekerjasama dengan LDII dipermasalahkan? Sementara ketika bekerjasama dengan lembaga-lembaga pemerintah dan swasta seperti perusahaan maupun ormas yang lain tidak dipermasalahkan.
“Diantara fungsi Senkom dalam kamtibmas itu melokalisir potensi konflik, jika konflik tidak meluas, keresahan juga tidak meluas, masyarakat dapat bekerja, beribadah, bermasyarakat dengan tenang dan tentram,” jelas Sirot tentang fungsi Senkom Mitra Polri yang dipimpinnya dalam bidang stabilitas kamtibmas.
Sedangkan dalam kebencanaan, karena sifatnya adalah murni sosial, maka Senkom Mitra Polri memiliki team Rescue yang dilatih Basarnas dan BNPB, bekerja secara sukarela dimanapun bencana itu terjadi.
“Dari peristiwa bencana tsunami di Aceh, gempa, gunung meletus, tanah longsor, banjir, kecelakaan lalulintas darat maupun laut dan udara, Senkom Rescue diterjunkan disana dari logistik maupun personil. Prinsip kami adalah khoirunnaas anfa’uhum linnaas, sebaik-baik manusia itu adalah kemanfaatannya bagi sesama manusia,” ujar Ketua umum Senkom Mitra Polri.
Namun demikian, atas pemberitaan di jaringan media yang membawa kepentingan asing yang tidak memenuhi standard jurnalistik seperti cover both side dan verifikasi, Senkom tidak mempermasalahkan dan agar jadi pembelajaran bagi semua pihak. Apalagi menjelang ramadhan dan lebaran dimana Senkom Mitra Polri sedang dalam persiapan terlibat dalam menjaga kamtibmas selama bulan puasa dan berbagai persiapan di lebih dari 1.000 posko lebaran.
Sebagai sebuah organisasi dengan domain komunikasi, Senkom juga menghimbau kepada media sebagai sarana komunikasi dan informasi, untuk berperan lebih banyak dalam pemberdayaan masyarakat dalam berbagai bidang, bukan malah memperdaya dan menyulut konflik sebagaimana pihak-pihak yang dibacking kepentingan asing yang meng-inginkan terjadi perpecahan dan konflik SARA di Indonesia, sebagaimana terjadi di Suriah yang telah mengorbankan ratusan ribu tewas dan jutaan mengungsi. [end]
Pernyataan Ketua Umum Senkom Mitra Polri diatas menanggapi artikel di portal online yang diduga dibiayai jaringan zionis untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa dengan isu SARA.
Media yang diduga merupakan jaringan kepentingan asing dengan mengatasnamakan agama tersebut, dalam artikelnya menyamakan Senkom dengan LDII karena kedua ormas terlibat dalam kerjasama.
Menurut Sirot, adalah suatu kewajaran dua ormas berbeda menjalin kerjasama sesuai dengan kompetensi masing-masing. Seperti halnya Senkom Mitra Polri yang dilatih secara khusus dan intensif dalam kamtibmas dan sosial kebencanaan. Dan LDII sebagai ormas di bidang keagamaan. Kedua ormas dalam kerjasama ini menjalankan peran masing-masing, seperti Senkom mengamankan kegiatan-kegiatan LDII, dan LDII sebagai sebuah lembaga dakwah keagamaan memberikan pembinaan mental kepada anggota Senkom.
“Disamping itu, karena LDII memiliki berbagai fasilitas, maka Senkom juga dibantu dalam penggunaan fasilitas seperti tempat untuk melaksanakan diklat setiap bulan dari tingkat pusat hingga sektor-sektor,” ujar Sirot.
Sirot justru mempertanyakan kenapa kalau Senkom bekerjasama dengan LDII dipermasalahkan? Sementara ketika bekerjasama dengan lembaga-lembaga pemerintah dan swasta seperti perusahaan maupun ormas yang lain tidak dipermasalahkan.
“Diantara fungsi Senkom dalam kamtibmas itu melokalisir potensi konflik, jika konflik tidak meluas, keresahan juga tidak meluas, masyarakat dapat bekerja, beribadah, bermasyarakat dengan tenang dan tentram,” jelas Sirot tentang fungsi Senkom Mitra Polri yang dipimpinnya dalam bidang stabilitas kamtibmas.
Sedangkan dalam kebencanaan, karena sifatnya adalah murni sosial, maka Senkom Mitra Polri memiliki team Rescue yang dilatih Basarnas dan BNPB, bekerja secara sukarela dimanapun bencana itu terjadi.
“Dari peristiwa bencana tsunami di Aceh, gempa, gunung meletus, tanah longsor, banjir, kecelakaan lalulintas darat maupun laut dan udara, Senkom Rescue diterjunkan disana dari logistik maupun personil. Prinsip kami adalah khoirunnaas anfa’uhum linnaas, sebaik-baik manusia itu adalah kemanfaatannya bagi sesama manusia,” ujar Ketua umum Senkom Mitra Polri.
Namun demikian, atas pemberitaan di jaringan media yang membawa kepentingan asing yang tidak memenuhi standard jurnalistik seperti cover both side dan verifikasi, Senkom tidak mempermasalahkan dan agar jadi pembelajaran bagi semua pihak. Apalagi menjelang ramadhan dan lebaran dimana Senkom Mitra Polri sedang dalam persiapan terlibat dalam menjaga kamtibmas selama bulan puasa dan berbagai persiapan di lebih dari 1.000 posko lebaran.
Sebagai sebuah organisasi dengan domain komunikasi, Senkom juga menghimbau kepada media sebagai sarana komunikasi dan informasi, untuk berperan lebih banyak dalam pemberdayaan masyarakat dalam berbagai bidang, bukan malah memperdaya dan menyulut konflik sebagaimana pihak-pihak yang dibacking kepentingan asing yang meng-inginkan terjadi perpecahan dan konflik SARA di Indonesia, sebagaimana terjadi di Suriah yang telah mengorbankan ratusan ribu tewas dan jutaan mengungsi. [end]
3 komentar