TABLOIDLUGAS.COM | Jakarta – Malang nian nasib PKB yang diseret-seret ketuanya, Muhaimin Iskandar, menempel kubu PDIP dalam Pilpres mendatang. Setelah dibalas Rhoma Irama dengan mencabut dukungan, Ketua PBNU Said Aqil Siradj pun terang-terangan mendukung pasangan Prabowo-Hatta.
Dukungan tersebut dinyatakan Said Aqil secara terbuka, Kamis ( 15/5) lalu. "Warga NU bebas memilih siapa saja sebagai capres, tetapi saya pribadi mendukung Prabowo," kata Said Agil di sela acara pelantikan PCNU Kota Depok di Masjid Kubah Emas Depok, Jabar. Aqil beralasan, sebagai seorang purnawirawan jenderal bintang tiga, Prabowo mempunyai sikap tegas, berani, mempunyai wibawa untuk membawa bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik lagi.
“Beliau juga saya nilai merupakan sosok warga Indonesia yang tegas dan memikirkan rakyat kecil seperti petani, buruh, nelayan, dan lainnya, “ kata Said Aqil, berpromosi.
Persoalan kemandirian bangsa dan kedaulatan ekonomi juga menjadi bagian dari alasan Said Aqil. "Jangan sampai bangsa Indonesia dikangkangi oleh para investor," ujar dia.
Sebenarnya dukungan Said Aqil itu tidak mengejutkan. Desember tahun lalu, dukungan serupa pernah ditegaskan ketua PBNU itu kepada Prabowo. Alasannya, selain sebagaimana pernyataan serupa yang dinyatakan di Depok, Prabowo memiliki visi misi yang sama dengan PBNU.
"Kita mengharapkan pemimpin yang konsisten, tegas, sprotif, bersih, berani, nasionalis, religius. Sampai saat semua ini masih ada pada Prabowo," kata Said, di Kantor PBNU, Jakarta, 17 Desember 2013. Pernyataan itu langsung diutarakan di hadapan Prabowo yang saat itu bersilaturahmi.
Sebenarnya, sikap Said Aqil itu pun tidak sepenuhnya karena faktor kepribadian dan visi kenegaraan Prabowo. Tampaknya penilaian Said Aqil terhadap dua tokoh di kubu Jokowi, yakni Megawati dan Muhaimin, cukup memberikan porsi mengapa dukungan Said Aqil tidak untuk mereka.
Sebagaimana diketahui, Said Aqil adalah junior dan sahabat dekat almarhum Gus Dur. Sementara, baik Megawati dan Muhaimin sama-sama dikenal pernah memiliki catatan persoalan dengan presiden ke-4 Indonesia tersebut.
Oleh keluarga Gus Dur, baik Megawati maupun Muhaimin, dianggap pernah mengkhianati almarhum. Mega dalam urusan kepresidenan, dengan menyempal dan berhadapan dengan Gus Dur setelah almarhum mengeluarkan Dekrit Presiden yang tak pernah terlaksana. Sementara Muhaimin dianggap mendongkel Gus Dur dari kepemimpinan di PKB.
Tentu saja, meski signifikansi dampak dukungan Said Aqil kepada warga nahdliyin masih bisa diperdebatkan, dukungan itu menggerus andil PKB terhadap koalisi Jokowi. Setelah Rhoma mencabut dukungan kepada PKB karena kekecewaannya, manuver Said Aqil tersebut sejatinya menjadi masalah besar bagi Muhaimin.
Jelas, pihak PDIP sebagai partai induk di koalisi layak mempertanyakan efektivitas dan andil PKB dalam kelompok mereka.
Persoalan itu kian besar manakala seandainya Megawati—yang terus menegaskan posisi kuncinya sebagai pengambil keputusan siapa cawapres Jokowi, memilih Jusuf Kalla. Setidaknya, secara terang-terangan Ketua Lajnah Ta’lif wa Nasyr (Departemen Media dan Informasi Publik) PBNU, Khatibul Umam Wiranu, menyatakan aka nada banyak warga NU yang langsung memilih Prabowo.
“Warga NU dan PKB tak akan pikir panjang, langsung ke Prabowo,” kata Khatibul kepadaTempo, Rabu, 16 April lalu. Alasan Khatibul, sosok Jusuf Kalla memunculkan resistensi di kalangan nahdliyin. Ini berkaitan dengan kiprah Kalla di Golkar. “Pada masa Orde Baru, NU selalu dilibas oleh Soeharto dan Golkar,”kata dia. Namun perlu ditegaskan, meski seorang nahdliyin, Khatibul adalah politisi Partai Demokrat.
Dukungan Ketua PBNU itu pun segera mengingatkan kita pada hasil survey yang pernah dirilis Lembaga Survei Nasional (LSN), awal bulan ini. Survei LSN menyatakan, meski PKB bergabung ke Jokowi-PDIP, arah dukungan warga nahdliyin bukan ke Jokowi, tetapi kepada Prabowo.
Saat itu, Direktur Eksekutif LSN Umar S Bakry mengatakan, survey dilakukan terhadap 1.230 responden yang diperoleh menggunakan teknik ambang berjenjang (multistage random sampling). Batas kesalahan (margin of error) survei ini sebesar 2,8 persen dan pada tingkat kepercayaan (level of confidence) 95 persen.
Menurut Umar, ketika LSN menanyakan kepada responden yang merasa dekat dengan NU, 32,5 persen di antara mereka mengaku akan memilih Prabowo Subianto. Sedangkan Jokowi dari PDIP hanya dipilih oleh 22,1 persen responden. Ada tiga nama capres yang ditanyakan saat itu, Jokowi, Prabowo dan Aburizal Bakrie.
Yang menarik, seberapa signifikan sebenarnya suara warga nahdliyin dalam peta Pilpres mendatang. Sebenarnya, sulit untuk menduga-duga jumlah warga NU, apalagi warga NU yang memiliki hak pilih pada Pilpres nanti.
Rois syuriah PBNU sendiri, Masdar Farid Mashudi, mengaku tak tahu pasti jumlah warga NU di Indonesia. Menurut Masdar, kebanyakan akan menjawab warga NU di Indonesia mencapai 60 juta orang.Bahkan, menurut Masdar, tak sedikit yang menyebut sebanyak 100 juta orang. “Warga NU sekian juta itu hanya jumlah ‘tembak’ (tebak-tebakan). Ini termasuk kebohongan publik,” kata Masdar kepada Republika, beberapa waktu lalu. Ia mengaku tak punya data akurat keanggotaan warga nahdliyin dan menegaskan hal itu sebagai pekerjaan utama yang harus diselesaikan.
Tetapi sebagai gambaran kasar barangkali kita bisa merujuk buku ‘Nalar Politik NU dan Muhammadiyah; Over Crossing Jawa Sentris’, yang ditulis Dr. Suaidi Asyari, MA, Ph.D. Suaidi memperkirakan, setidaknya ada 40 juta muslim Indonesia adalah pengikut NU.
PKB selalu menjadikan 40-an juta warganya itu sebagai dagangan untuk berkoalisi. Dengan tambahan suara fans Rhoma, yang dalam Pileg lalu terbukti berdampak besar, PKB dengan tangan terbuka diterima PDIP. Setelah pernyataan ‘ciao’ dan ‘adios’-nya Rhoma serta dukungan ketua PBNU ke Prabowo, kita layak meragukan andil yang masih bisa diberikan PKB untuk koalisinya. [L]
Dukungan tersebut dinyatakan Said Aqil secara terbuka, Kamis ( 15/5) lalu. "Warga NU bebas memilih siapa saja sebagai capres, tetapi saya pribadi mendukung Prabowo," kata Said Agil di sela acara pelantikan PCNU Kota Depok di Masjid Kubah Emas Depok, Jabar. Aqil beralasan, sebagai seorang purnawirawan jenderal bintang tiga, Prabowo mempunyai sikap tegas, berani, mempunyai wibawa untuk membawa bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik lagi.
“Beliau juga saya nilai merupakan sosok warga Indonesia yang tegas dan memikirkan rakyat kecil seperti petani, buruh, nelayan, dan lainnya, “ kata Said Aqil, berpromosi.
Persoalan kemandirian bangsa dan kedaulatan ekonomi juga menjadi bagian dari alasan Said Aqil. "Jangan sampai bangsa Indonesia dikangkangi oleh para investor," ujar dia.
Sebenarnya dukungan Said Aqil itu tidak mengejutkan. Desember tahun lalu, dukungan serupa pernah ditegaskan ketua PBNU itu kepada Prabowo. Alasannya, selain sebagaimana pernyataan serupa yang dinyatakan di Depok, Prabowo memiliki visi misi yang sama dengan PBNU.
"Kita mengharapkan pemimpin yang konsisten, tegas, sprotif, bersih, berani, nasionalis, religius. Sampai saat semua ini masih ada pada Prabowo," kata Said, di Kantor PBNU, Jakarta, 17 Desember 2013. Pernyataan itu langsung diutarakan di hadapan Prabowo yang saat itu bersilaturahmi.
Sebenarnya, sikap Said Aqil itu pun tidak sepenuhnya karena faktor kepribadian dan visi kenegaraan Prabowo. Tampaknya penilaian Said Aqil terhadap dua tokoh di kubu Jokowi, yakni Megawati dan Muhaimin, cukup memberikan porsi mengapa dukungan Said Aqil tidak untuk mereka.
Sebagaimana diketahui, Said Aqil adalah junior dan sahabat dekat almarhum Gus Dur. Sementara, baik Megawati dan Muhaimin sama-sama dikenal pernah memiliki catatan persoalan dengan presiden ke-4 Indonesia tersebut.
Oleh keluarga Gus Dur, baik Megawati maupun Muhaimin, dianggap pernah mengkhianati almarhum. Mega dalam urusan kepresidenan, dengan menyempal dan berhadapan dengan Gus Dur setelah almarhum mengeluarkan Dekrit Presiden yang tak pernah terlaksana. Sementara Muhaimin dianggap mendongkel Gus Dur dari kepemimpinan di PKB.
Tentu saja, meski signifikansi dampak dukungan Said Aqil kepada warga nahdliyin masih bisa diperdebatkan, dukungan itu menggerus andil PKB terhadap koalisi Jokowi. Setelah Rhoma mencabut dukungan kepada PKB karena kekecewaannya, manuver Said Aqil tersebut sejatinya menjadi masalah besar bagi Muhaimin.
Jelas, pihak PDIP sebagai partai induk di koalisi layak mempertanyakan efektivitas dan andil PKB dalam kelompok mereka.
Persoalan itu kian besar manakala seandainya Megawati—yang terus menegaskan posisi kuncinya sebagai pengambil keputusan siapa cawapres Jokowi, memilih Jusuf Kalla. Setidaknya, secara terang-terangan Ketua Lajnah Ta’lif wa Nasyr (Departemen Media dan Informasi Publik) PBNU, Khatibul Umam Wiranu, menyatakan aka nada banyak warga NU yang langsung memilih Prabowo.
“Warga NU dan PKB tak akan pikir panjang, langsung ke Prabowo,” kata Khatibul kepadaTempo, Rabu, 16 April lalu. Alasan Khatibul, sosok Jusuf Kalla memunculkan resistensi di kalangan nahdliyin. Ini berkaitan dengan kiprah Kalla di Golkar. “Pada masa Orde Baru, NU selalu dilibas oleh Soeharto dan Golkar,”kata dia. Namun perlu ditegaskan, meski seorang nahdliyin, Khatibul adalah politisi Partai Demokrat.
Dukungan Ketua PBNU itu pun segera mengingatkan kita pada hasil survey yang pernah dirilis Lembaga Survei Nasional (LSN), awal bulan ini. Survei LSN menyatakan, meski PKB bergabung ke Jokowi-PDIP, arah dukungan warga nahdliyin bukan ke Jokowi, tetapi kepada Prabowo.
Saat itu, Direktur Eksekutif LSN Umar S Bakry mengatakan, survey dilakukan terhadap 1.230 responden yang diperoleh menggunakan teknik ambang berjenjang (multistage random sampling). Batas kesalahan (margin of error) survei ini sebesar 2,8 persen dan pada tingkat kepercayaan (level of confidence) 95 persen.
Menurut Umar, ketika LSN menanyakan kepada responden yang merasa dekat dengan NU, 32,5 persen di antara mereka mengaku akan memilih Prabowo Subianto. Sedangkan Jokowi dari PDIP hanya dipilih oleh 22,1 persen responden. Ada tiga nama capres yang ditanyakan saat itu, Jokowi, Prabowo dan Aburizal Bakrie.
Yang menarik, seberapa signifikan sebenarnya suara warga nahdliyin dalam peta Pilpres mendatang. Sebenarnya, sulit untuk menduga-duga jumlah warga NU, apalagi warga NU yang memiliki hak pilih pada Pilpres nanti.
Rois syuriah PBNU sendiri, Masdar Farid Mashudi, mengaku tak tahu pasti jumlah warga NU di Indonesia. Menurut Masdar, kebanyakan akan menjawab warga NU di Indonesia mencapai 60 juta orang.Bahkan, menurut Masdar, tak sedikit yang menyebut sebanyak 100 juta orang. “Warga NU sekian juta itu hanya jumlah ‘tembak’ (tebak-tebakan). Ini termasuk kebohongan publik,” kata Masdar kepada Republika, beberapa waktu lalu. Ia mengaku tak punya data akurat keanggotaan warga nahdliyin dan menegaskan hal itu sebagai pekerjaan utama yang harus diselesaikan.
Tetapi sebagai gambaran kasar barangkali kita bisa merujuk buku ‘Nalar Politik NU dan Muhammadiyah; Over Crossing Jawa Sentris’, yang ditulis Dr. Suaidi Asyari, MA, Ph.D. Suaidi memperkirakan, setidaknya ada 40 juta muslim Indonesia adalah pengikut NU.
PKB selalu menjadikan 40-an juta warganya itu sebagai dagangan untuk berkoalisi. Dengan tambahan suara fans Rhoma, yang dalam Pileg lalu terbukti berdampak besar, PKB dengan tangan terbuka diterima PDIP. Setelah pernyataan ‘ciao’ dan ‘adios’-nya Rhoma serta dukungan ketua PBNU ke Prabowo, kita layak meragukan andil yang masih bisa diberikan PKB untuk koalisinya. [L]
Sumber: Nasional/inilah.com
Tidak ada komentar