TABLOIDLUGAS.COM | Jakarta - Mantan Wakil Kepala Angkatan Darat (Wakasad) Letjen TNI (Purn) Suryo Prabowo mengkritik desakan beberapa pihak yang ingin membubarkan Bintara Pembina Desa (Babinsa). Sebab, wacana pembubaran Babinsa sama seperti dengan cara komunis untuk bangkit.
"Kelompok 'merah' menyarankan agar Babinsa dibekukan sementara. Kita harus cermat dan waspada. Saya teringat dengan makalah Ketua PKI DN Aidit yang diberi judul laporan singkat tahun 1964 tentang hasil riset mengenai keadaan kaum tani dan gerakan tani di Jawa Barat," ujar Suryo Prabowo, di Jakarta..
Dia menilai ini semacam pola yang secara sistematis ingin menjauhkan TNI dari rakyat. Padahal TNI dan rakyat tidak bisa dipisahkan.
"Sayangnya petinggi TNI terutama AD mudah tergoda iming-iming kekuasaan. Di jajaran TNI sudah tahu, media juga pernah memuat bahwa Hendropriyono Cs beberapa bulan lalu menggalang beberapa pejabat puncak TNI AD untuk berpolitik praktis mendukung kelompok 'merah' tersebut," jelasnya.
Menurut dia, manuver politik mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Hendropriyono sudah bisa dibaca oleh beberapa pihak khususnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Sehingga itulah alasan SBY pernah menyampaikan agar tim pemenangan kandidat capres tidak menggunakan TNI.
"Itulah mengapa SBY menekankan perwira tinggi TNI AD agar tetap netral. Sadar langkahnya terbaca presiden, mereka cepat lakukan preemtive strike, atau mendahului melakukan serangan politis kepada koalisi merah putih tentang pelibatan Babinsa," ungkap.
Desakan agar Babinsa dibubarkan muncul dari kubu Jokowi-JK sebagai reaksi terhadap ditemukannya oknum Babinsa yang meminta warga memilih capres tertentu.
"Ini strategi sangat licik yang akan mengunci Probowo. Jika Probowo menang nanti diklaim atas bantuan TNI melalui Babinsa. Jadi ada alasan bikin rusuh. Kalau sudah rusuh TNI/Polri bisa ambil tindakan, lantas dituding TNI tidak netral karena mendukung nomer 1. Tujuan akhir kelompok ini nanti mencabut TAP MPRS No.XXV/1966 & UU 27/1999 tentang larangan komunisme," bebernya.
Sebaliknya, Suryo menganjurkan daripada berpolitik busuk yang dapat merusak hubungan TNI dan rakyat, lebih baik sesama capres beradu visi, misi atau program.
"Sesama jenderal satu ilmu, satu buku dan satu guru. Jadi mudah sekali membaca strateginya. Makanya Prabowo lebih fokus pada visi, misi dan program kerja pro rakyat. Dituduh borjuis rapopo, yang penting kebijakannya populis. Lagi pula borjuis itukan istilah yang biasa digunakan komunis," ujarnya. [L/inilah]
"Kelompok 'merah' menyarankan agar Babinsa dibekukan sementara. Kita harus cermat dan waspada. Saya teringat dengan makalah Ketua PKI DN Aidit yang diberi judul laporan singkat tahun 1964 tentang hasil riset mengenai keadaan kaum tani dan gerakan tani di Jawa Barat," ujar Suryo Prabowo, di Jakarta..
Dia menilai ini semacam pola yang secara sistematis ingin menjauhkan TNI dari rakyat. Padahal TNI dan rakyat tidak bisa dipisahkan.
"Sayangnya petinggi TNI terutama AD mudah tergoda iming-iming kekuasaan. Di jajaran TNI sudah tahu, media juga pernah memuat bahwa Hendropriyono Cs beberapa bulan lalu menggalang beberapa pejabat puncak TNI AD untuk berpolitik praktis mendukung kelompok 'merah' tersebut," jelasnya.
Menurut dia, manuver politik mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Hendropriyono sudah bisa dibaca oleh beberapa pihak khususnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Sehingga itulah alasan SBY pernah menyampaikan agar tim pemenangan kandidat capres tidak menggunakan TNI.
"Itulah mengapa SBY menekankan perwira tinggi TNI AD agar tetap netral. Sadar langkahnya terbaca presiden, mereka cepat lakukan preemtive strike, atau mendahului melakukan serangan politis kepada koalisi merah putih tentang pelibatan Babinsa," ungkap.
Desakan agar Babinsa dibubarkan muncul dari kubu Jokowi-JK sebagai reaksi terhadap ditemukannya oknum Babinsa yang meminta warga memilih capres tertentu.
"Ini strategi sangat licik yang akan mengunci Probowo. Jika Probowo menang nanti diklaim atas bantuan TNI melalui Babinsa. Jadi ada alasan bikin rusuh. Kalau sudah rusuh TNI/Polri bisa ambil tindakan, lantas dituding TNI tidak netral karena mendukung nomer 1. Tujuan akhir kelompok ini nanti mencabut TAP MPRS No.XXV/1966 & UU 27/1999 tentang larangan komunisme," bebernya.
Sebaliknya, Suryo menganjurkan daripada berpolitik busuk yang dapat merusak hubungan TNI dan rakyat, lebih baik sesama capres beradu visi, misi atau program.
"Sesama jenderal satu ilmu, satu buku dan satu guru. Jadi mudah sekali membaca strateginya. Makanya Prabowo lebih fokus pada visi, misi dan program kerja pro rakyat. Dituduh borjuis rapopo, yang penting kebijakannya populis. Lagi pula borjuis itukan istilah yang biasa digunakan komunis," ujarnya. [L/inilah]
Tidak ada komentar