Adhie Massardi: Jangan Terkecoh 'Operasi Intelijen' Freeport

LUGAS | Jakarta - Masyarakat jangan terkecoh isu pencatutan nama presiden dalam heboh kontrak karya PT Freeport Indonesia yang menggulirkan nama Sudirman Said vs Setya Novanto. "Masyarakat harus jeli melihat kasus pencatutan nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengenai PT. Freeport Indonesia," kata Koordinator Gerakan Indonesia Bersih Adhie Massardi.

Dalam pandangan Adhie, dibalik isu pencatutan nama Jokowi sebenarnya ada motif lain yang diusung Sudirman Said ketika menyeret Setya Novanto sebagai kambing hitam ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD). Apalagi, pada bulan sebelumnya justru Menteri ESDM yang berkirim surat ke petinggi Freeport soal perpanjangan kontrak karya.

Tak kalah pentingnya, Presiden Direktur Freeport Indonesia, Brigjen (Purn) Maroef Sjamsoeddin adalah bekas Wakil kepala Badan Intelijen Negara. "Di sinilah saya lihat konflik of interest antara Maroef dengan posisinya sekarang. Karena sebagai orang BIN, orang intelijen tugasnya adalah mengawasi sepak terjang perusahaan asing. Dan sekarang ia menjadi bagian dari mereka. Ia pasti akan semaksimal mungkin untuk Freeport,” ujar Adhie Massardi.

“Kalau saya melihat, Sudirman yang salah. Saya melihat di balik itu ada pengaruh pihak asing yang melakukan apa saja untuk memperbesar sepak terjangnya termasuk melobi pejabat-pejabat pemerintah, diberi saham agar lobi berhasil. Bila tidak berhasil, bisa juga dengan mengacaukan tatanan politik di Indonesia,” kata Adhie dalam diskusi Sudirman Said VS Setya Novanto, Siapa yang Salah? di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Minggu, 22 November 2015.

[L]

Tidak ada komentar