Utang RI ke China Terus Naik, Akankah Kehilangan BUMN Seperti Sri Lanka?

LUGAS | Jakarta - Utang Indonesia ke China terus merangkak naik hingga tembus 15,491 miliar dolar AS atau sekitar Rp 206 triliun per Mei 2017. Masyarakat khawatir Indonesia bisa bernasib sama seperti Sri Langka yang kehilangan BUMN pelabuhannya karena tidak bisa bayar utang ke China.

Cina saat ini menjadi negara kreditor terbesar ketiga setelah Singapura dan Jepang yang memberikan utang ke Indonesia. Jumlah utang ke Negeri Tirai Bambu itu pada Mei 2017 mencapai 15,491 miliar dolar AS atau sekitar Rp 206 triliun.

Jumlah utang Indonesia ke Cina terus meningkat sejak 2015. Berdasarkan data yang dirilis di situs Bank Indonesia tercatat pada Juli, jumlah utang ke Negeri Tirai Bambu pada Mei 2017 sebesar 15,491 miliar dolar AS atau sekitar Rp 206 triliun.

Sebagai perbandingan, posisi utang Indonesia ke Cina pada 2014 hanya 7,869 miliar dolar. Bahkan pada 2010 utang Indonesia ke Cina hanya 2,488 miliar dolar AS. Adapun dari 2014 sampai Mei 2017, jumlah utang Indonesia meningkat sekitar 7,622 miliar dolar AS atau naik hampir dua kali lipatnya.

Cina kini menjadi negara peminjam terbesar ketiga setelah Singapura sebesar 52,447 miliar dolar AS dan Jepang 30,656 miliar dolar AS. Porsi Negara Tirai Bambu itu telah menyalip AS sejak 2015.

Peningkatan jumlah utang ke Cina sejalan dengan naiknya utang Indonesia. Secara total utang luar negeri Indonesia pada Mei 2017 tercatat 333,6 miliar dolar AS tumbuh sebesar 5,5 persen (year on year).

Terkait soal utang, Presiden Joko Widodo saat bertemu dengan perwakilan PGI, Senin (31/7) meminta masyarakat tak khawatir dengan kondisi utang dalam negeri. Peningkatan jumlah utang tak terlepas dari keputusan pemerintah untuk membangun infrastruktur.

“Oleh karena keterbatasan APBN terserap banyak untuk membayar bunga utang, maka mau tidak mau pemerintah harus menempuh investasi, mengundang investasi. Dan itu berarti menambah ini semua,” jelas Sekretaris Utama PGI, pendeta Gomar Gultom di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (31/7).

Menteri Keuangan Sri Mulyani juga berulangkali menegaskan pengelolaan utang Indonesia dilakukan secara hati-hati.

Sri Lanka

Sementara itu, Pemerintah Sri Lanka pada Sabtu (29/7) waktu setempat menandatangani kesepakatan senilai triliunan dolar AS untuk membiarkan BUMN Cina mengambil alih pelabuhan di negara tersebut karena tidak bisa bayar utang.

Pembicaraan mengenai penjualan aset milik Pemerintah Sri Lanka tersebut sudah berlangsung lama, sejak negara tersebut diketahui tidak memiliki kemampuan finansial untuk membayar utangnya ke pihak Cina.

Penjualan 70 persen saham atau senilai 1,1 triliun dolar AS di Pelabuhan Hambantota ini dibenarkan oleh Menteri Perhubungan Sri Lanka Mahinda Samarasinghe. Penjualan saham pelabuhan ke BUMN Cina, China Merchants Port Holdings, ini mendapat penolakan dari serikat pekerja industri. Mereka bahkan akan melakukan aksi mogok kerja mulai pekan ini untuk menentang penjualan tersebut. (CR)

Sumber: Republika.co.id

Tidak ada komentar