Foto: Masjid Al Akbar, Surabaya |
“Acara ini menjadi kebanggaan kami, karena untuk pertama kalinya digelar di Surabaya. Sebelumnya, acara ini tiga kali digelar di Jakarta. Peserta yang ikut dalam acara ini berjumlah 20.603 penghafal Al-Quran,” ujar Ketua Panitia Halaqoh Kubro Tahfidzul Quran 2017, H. Moch. Amrodji. Peserta halaqoh, menurut Amrodji, merupakan utusan dari masing-masing DPD LDII se-Jawa Timur. Bahkan dari luar Jawa Timur, seperti Bali, Lombok, Sumbawa (Nusa Tenggara Barat), dan Samarinda.
Acara ini terselenggara berkat dukungan berbagai pihak, di antaranya MUI Jawa Timur, Pemprov Jawa Timur, dan pengurus Masjid Al Akbar. Bagi LDII, acara ini merupakan syiar untuk mendorong para generasi muda mencintai Al-Quran, “Kami juga memanfaatkan acara ini untuk bersilaturahim dengan para tokoh agama, ormas, pemerintah, dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya,” imbuh Amrodji. Dengan demikian memperkuat ukhuwah Islamiyah dalam membangun Indonesia.
Foto: Masjid Al Akbar, Surabaya |
Menurut Amrodji, Indonesia pada 2030 memperoleh bonus demografi, di mana 70 persen penduduk Indonesia adalah mereka yang berusia produktif. Namun bonus demografi ini menjadi masalah, ketika pada tahun itu, generasi mudanya tidak memiliki sifat yang religius, “Acara ini untuk mengukur sejauh mana hafalan Al-Quran para tahfidz. Sekaligus merupakan strategi LDII, untuk melahirkan generasi profesional yang religius,” papar Amrodji. Program tahfidz Al-Quran, menurut Amrodji, dilaksanakan pula di sebagian besar DPD LDII di seluruh Indonesia.
Bagi LDII, program tahfidz merupakan salah satu fokus utama pembinaan karakter generasi muda penerus bangsa. Menurut Ketua DPW LDII Jatim Amien Adhy, program DPP LDII untuk menciptakan generasi yang profesional religius, merupakan program jangka panjang. Salah satu praktik mencetak generasi religius, yaitu dengan mengadakan program tahfidz di kabupaten/kota, “Targetnya, kami bisa menghasilkan generasi qurani, yaitu generasi yang berperilaku dan berbudi pekerti sebagaimana yang ada dalam Al-Quran,” papar Amien.
Amien mencontohkan, peradaban yang agung bisa runtuh dalam sekejap bila masyarakat dan pemimpinnya tidak memiliki ketakwaan terhadap Allah. Hal itu bisa dilihat dalam sejarah Mesir, Persia, hingga imperium Roma. Mereka penguasa dunia dengan peradaban agung, namun hancur karena ditelan kesombongan, kemaksiatan, dan mengingkari Allah, “Dunia saat ini sangat maju dan kian canggih, namun korupsi, penindasan sesama, bahkan menistakan agama. Ini merupakan sejarah yang berulang mengenai ciri-ciri runtuhnya peradaban,” papar Amien.
Hal inilah yang dihindari oleh LDII. Sebagai bagian umat Islam di Indonesia, LDII merasa memiliki tanggung jawab yang besar, agar Indonesia di masa depan adalah Indonesia yang makmur dan berkeadilan, memiliki peradaban besar, sekaligus negeri yang dipenuhi insan-insan yang bertakwa kepada Allah, “Sebagaimana gambaran baldatun thayyibatun wa rabbun ghaffur, negeri yang maju namun penuh pengampunan dan rahmat dari Allah,” ucap Amien.
Ilustrasi Jamaah Muslim di Masjid Al Akbar, Surabaya. Foto: swamediuam.com |
Dengan menjadi penghafal Al-Quran, ketika generasi ini sekolah lalu bekerja dan berkarier di berbagai bidang, sifat qurani atau religius ini melekat dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam ranah profesional mereka, baik di bidang ekonomi, politik, dan sosial budaya. Amien berharap besar, acara ini merupakan syiar Islam sebagai bentuk kepedulian LDII terhadap Indonesia di masa mendatang, sekaligus penguatan empat pilar bangsa berupa Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI.
Amien juga menambahkan, warga LDII dan masyarakat di Jawa Timur bisa menyaksikan acara ini secara live melalui kanal youtube.com/ldiijatim dan www.ldiijatim.tv, “Agar para orangtua dan generasi muda termotivasi dan memiliki semangat untuk menghafal dan mengamalkan Al-Quran,” harap Amien sebagaimana Press Release yang Lugas Online terima dari DPW LDII Jawa Timur, (23/12). (PJD/WY)
Tidak ada komentar