Kampung Siaga RW 026 Kelurahan Pejuang, Produktif Dimasa Pandemi

Meski di lahan sempit, warga RT 01 RW 026 Kelurahan Pejuang dapat melakukan budidaya lele dan sayuran yang hasil panennya dinikmati bersama seluruh warga.


LUGAS | Kota Bekasi
-  Genap setahun pandemi Covid-19  semenjak awal kemunculannya pada awal tahun 2020 lalu. Di awal tahun 2021 ini,  pandemi belum juga menandakan akan berakhir. Jumlah orang yang positif terpapar Covid-19 masih cukup tinggi.

Berbagai cara dan strategi telah dilakukan oleh pemerintah guna menekan laju penyebaran COVID mulai dari pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) lalu kini berubah menjadi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Rendahnya tingkat kesadaran dan kedisiplinan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan disinyalir menjadi faktor penghambat efektifnya program atau kebijakan pemerintah.

Sementara dampak yang ditimbulkan dari pandemi ini sangat banyak diantaranya ekonomi, sosial, pendidikan, bahkan pertahanan dan keamanan negara ikut terancam. Di sektor ekonomi, banyak pekerja  terkena PHK, banyak perusahaan dan industri gulung tikar, dan berbagai dampak lainnya yang secara langsung atau tidak langsung meningkatkan jumlah kriminalitas karena dampak ekonomi.

Dibutuhkan aksi nyata bersama antara pemerintah dan seluruh masyarakat dari tingkat atas sampai di skup terkecil yakni RW dan RT sehingga diharapkan bisa menanggulangi dampak yang ditimbulkan dari adanya pandemi ini. 

Salah satu aksi yang patut menjadi contoh yang dinilai bisa menekan laju penyebaran COVID-19 serta dampak yang ditimbulkannnya adalah dengan pembentukan Kampung Siaga di kota-kota di Indonesia seperti yang dilakukan Pemerintah Kota Bekasi dengan mengadakan lomba Kampung Siaga yang bertujuan untuk memicu kesadaran warga terlibat dalam upaya menghalau penyebaran virus COVID-19.
 
Dengan program Kampung Siaga, maka warga bersama aparat pemerintah mulai dari tingkat RT, RW, Lurah sampai Wali Kota dengan melibatkan aparat TNI/Polri bisa bahu membahu menekan penyebaran virus dengan cara disiplin dalam melakukan protokol kesehatan di masyarakat.

Seperti yang dilakukan RW 026  Perumahan Taman Harapan Baru Kelurahan Pejuang Kecamatan Medan Satria Kota Bekasi, yang menjadi salah satu Kampung Siaga terpilih untuk ikut berkompetisi dalam ajang tersebut.

Keikutsertaan RW 026 Perumahan Taman Harapan Baru Kelurahan Pejuang dalam lomba Kampung Siaga tingkat Kota Bekasi ditandai oleh hadirnya tim penilai ke wilayah RW 026 untuk melakukan survey dan pengamatan langsung. Tim berasal dari unsur 3 Pilar yaitu perwakilan Pemerintah Kota Bekasi, Kodim, dan tim dari Polres Metro Bekasi Kota.

Dalam penilaian dengan peninjauan langsung pada Selasa (9/2/2021) hadir Camat Medan Satria Lia Erliani bersama jajaran, Lurah Perjuangan dan elemen masyarakat lainnya.

Sementara dari pihak RW 026 hadir diantaranya Ketua RW 026 Edy Mulyawan, Sekretaris RW 026 Mulyo, Bendahara RW 026 Ahmad Kusnandar, pengurus RT dan ibu-ibu PKK, Posyandu dan KWT (Kelompok Wanita Tani, red).

“Terkait lomba ini sebenarnya di lingkungan kami bukan hal yang baru karena sebelumnya kami pun sudah punya tanggap bencana ketika Januari tahun lalu banjir cukup merata di lingkungan kami banyak warga yang rumahnya kemasukan air,” tutur Ketua RW 026 Edy Mulyawan kepada awak media.

Edy menyadari terbentuknya Kampung  Siaga di wilayahnya adalah partisipasi dari warganya yang merasa memiliki, merawat dan ikut menjadi subyek dari kegiatan-kegiatan di lingkungan RW 026. “Mari bersama-sama bergotong royong kita tangani terkait pencegahan, penanganan dan pengendalian,” imbuhnya.

Dalam menata lingkungannya Edy memperkenakan mereka motto RW nya yaitu Rindu Senyum yang merupakan singkatan dari Rukun, Indah, Nyaman, Damai dan Unggul.

Ada tiga kategori penilaian Kampung Siaga di tingkat RW se-Kota Bekasi yang dilakukan oleh tim penilai, meliputi Zero Kasus Kriminalitas (Zero Crime), Zero Kasus COVID-19 (Zero COVID)  dan Ketahanan Pangan / Ekonomi Kreatif.

Penilaian Kampung Siaga se-Kota Bekasi ini sudah dimulai sejak 1 September 2020.

Ketua Bidang Komunikasi dan Publikasi RW 26 Sentot Baskoro dalam pemaparannya di hadapan tim penilai telah mengurai sejumlah upaya yang telah dilakukan di RW 26 untuk menciptakan Zero Kasus Kriminalitas, Zero Kasus COVID-19 dan peningkatkan ketahanan pangan warga.

Untuk menciptakan Zero kasus kriminalitas, Sentot mengurai beberapa langkah antara lain dengan membentuk Satuan Keamanan Lingkungan (Satkamling) yang terlatih dan bersertifikasi, melibatkan anak-anak muda dalam swadaya keamanan, pemasangan CCTV, Barrier Gate dan yang menarik dengan program ‘Pagar Mangkok bukan Pagar Tembok’. "Artinya banyak membantu orang lain di sekitar lingkungan maka mereka pun akan segan sehingga tidak memerlukan pagar tembok," ujar Sentot.

Sementara itu untuk menciptakan zero Kasus Covid dengan cara pengecekan suhu tubuh bagi warga dan tamu yang akan memasuki kompleks perumahan, penyediaan wastafel cuci tangan di beberapa titik, penyemprotan disinfektan secara rutin, rapid tes secara berkala dan penegakan disiplin pemakaian masker.

Untuk menangani masalah ketahanan pangan dan ekonomi kerakyatan, sejumlah kegiatan produktif dan ekonomi kreatif dilakukan oleh warga RW 026 bersama pengurus RT diantaranya budidaya lele, tanaman sayuran hidroponik, budidaya tanaman hias, produk minuman kesehatan dan kerajinan kreatif lainnya yang sebagian besar diperuntukan bagi konsumsi warga RW 026 itu sendiri.

Seperti yang dilakuan oleh Jupri Santoso yang merupakan Ketua  RT 02 yang berhasil memelopori kegiatan budidaya lele, hidroponik dengan berbagai jenis tanaman obat keluarga dan sayuran seperti padi gogo, bayam, pokcai, kacang panjang kunyit dan beragam jenis minuman kesehatan yang diproduksi sendiri oleh Kelompok Wanita Tani (KWT).

 Jupri Santoso di lahan Fasos/Fasum tempat ia dan warga RT 02 RW 026 Kelurahan Pejuang bercocok tanam dan budidaya lele


Kebersamaan ibu-ibu  yang tergabung dalam KWT (kelompok wanita tani)   menjadi contoh bahwa kegiatan produktif bisa dilakukan pada masa pandemi.

Yang menarik, semua teknik budidaya baik ikan dan tanaman dilakukan dengan belajar bersama ibu-ibu lainnya secara otodidak melalui internet. Selain itu, hasil dari tanaman seperti daun telang dibuat menjadi minuman segar teh telang, daun sukun diubah menjadi teh sukun, dan berbagai jenis minuman lainnya.

“Saya senang dengan sesuatu yang positif kemudian bersambut dengan ibu-ibu yang mau belajar dan membantu, ibu2 di sini sangat kompak," ucap Jupri.


Siti Fajriah, istri Ketua RT 01RW 026


Ada lagi Siti Fajriah, istri Ketua RT 01 ini bersama ibu-ibu yang lain memanfaatkan tanah yang sempit  tapi menjadi produktif dengan ditanami sayuran dan budidaya lele serta kini sedang mulai dengan ikan patin.

"Kami sudah beberapa kali panen ikan lele dan hasilnya kami bagikan ke semua warga, lahan kami di RT 01 paling kecil tapi kami manfaatkan dan sangat produktif, dan tidak lama lagi yang akan panen adalah ikan patin," ujar Bu RT.


Agus Wiebowo

Tidak ada komentar