Tampak peserta dan narasumber acara Resilience Forum 2024 LSPR di Jakarta, Selasa (29/10/2024) |
LUGAS | Jakarta - London School of Public Relations (LSPR) Institute menggelar Resilience Forum 2024 yang bertemakan “Beyond the Storm: Building Youth-Led Solutions to Climate Crisis and Disaster”, di Jakarta, Selasa (29/10/2024).
Dalam acara ini mengundang keynote speaker Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup 1978-1993 Emil Salim dan Mantan Kepala BNPB Mayjen TNI (Purn) Prof. Syamsul Maarif.
Acara itu diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Pengurangan Risiko Bencana Internasional, Hari Sumpah Pemuda, Refleksi 20 Tahun Tsunami Aceh, sekaligus launching LSPR Centre for Crisis and Reslience Study's (CCRS) serta untuk menjawab tantangan mendesak yang dihadapi akibat krisis iklim yang semakin meningkat.
Ekonom sekaligus Politikus senior Emil Salim mengatakan, keadaan bumi saat ini tidak sama dengan 10 tahun yang lalu, perubahan yang paling fundamental bahwa udara tidak lagi bersih.
"Saat ini udara penuh dengan pencemaran yang disebabkan oleh manusia," ungkapnya.
Menurutnya, minimnya kesadaran masyarakat tentang perubahan iklim mengakibatkan karbon dioksida semakin meningkat. Hal itu dikarenakan penggunaan gas rumah kaca.
"Yang kedua, lahirnya energi sebagai motor penggerak pembangunan namun energi tersebut juga menjadi sumber gas rumah kaca berupa karbon dioksida," jelasnya.
Indonesia saat ini, menggunakan pusat listrik tenaga uap (PLTU) dengan menggunakan pembakaran batu bara.
"Meskipun masyarakat mengerti sumber energi dengan menggunakan bahan bakar fosil yang menyebabkan kotornya udara, namun pertimbangan ekonomi dan lain sebagainya akhirnya tetap menggunakan hal itu," tutupnya.
Sementara itu, Guru Besar Sosiologi Kebencanaan, Universitas Jember, Mayjen TNI (Purn) Syamsul Maarif menyebut, salah satu hal penting dalam kebencaan adalah komunikasi. Ketika banyak pihak mengampanyekan mitigasi bencana, megatrusht, El-Nino dan lain sebagainya, ketika komunikasinya tidak sampai pada masyarakat, maka tidak akan ada gerakan perubahan.
"Ketika membahas komunikasi, maka hal itu harus sampai," ungkapnya.
Ia menggambarkan, ketika pemerintah khawatir dengan adanya El-Nino, sebagian masyarakat Bojonegoro justru senang ketika terjadi panas karena tembakau mereka menjadi bagus.
Kepala BNPB Mayjen TNI (Purn) Prof. Syamsul Maarif periode 2008-2015 sebagai salah satu pembicara kunci acara Resilience Forum 2024 LSPR, Foto: Faqihu Sholih |
"Artinya, apapun fenomenanya pasti ada dialegtikanya," jelasnya.
Acara itu mengundang perwakilan Kementerian Koordinator Pembangunan Masyarakat dan Kebudayaan (Kemeko PMK) Prof. Ma'fud Salatulai, Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Dr. Weniza, Komandan Rumkital Marinir Cilandak Kolonel Laut (K) Mohammad Arifin.
Tampak hadir dalam acara itu, Basarnas, BPBD DKI Jakarta, Senkom Mitra Polri, DPD Pro Jurnalismedia Siber (PJS) DKI Jakarta, lembaga MPBI, U-INSPIRE, Tokoh Pemuda dan Pengurus Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim PBNU.
Ketua DPD PJS DKI Jakarta Tri Joko mengungkapkan, perlu peran aktif generasi muda dalam merancang solusi yang inovatif untuk mengatasi krisis iklim global. Generasi muda memiliki pandangan yang segar dan terbuka terhadap perubahan.
"Mereka lebih berani dalam mengembangkan ide-ide baru dan solusi yang kreatif untuk masalah kompleks seperti krisis iklim. Misalnya, mereka bisa merancang teknologi ramah lingkungan, seperti aplikasi penghematan energi atau konsep transportasi hijau," tegasnya.
Selain itu, lanjutnya, pentingnya media publikasi sebagai sarana untuk menyosialisasikan gerakan-gerakan green energy.
"Mereka harus mampu mempublikasikan gerakan peduli lingkungan di media baik media sosial maupun media massa, agar aktivitas positif itu diketahui oleh masyarakat dan menarik anak muda lainnya untuk bersama-sama aktif dalam gerakan peduli lingkungan guna mengatasi krisis iklim global," tutupnya. (FS/JS)
Tidak ada komentar