LUGAS | Kebon Pala, Makasar, JT -- Pagi masih muda. Matahari baru mulai menghangatkan genting-genting rumah. Dari kejauhan, suara rebana bertalu-talu, berpadu dengan riuh suara anak-anak yang berjalan beriringan. Di depan mereka, poster-poster bertuliskan "Marhaban Ya Ramadhan" bergoyang-goyang ditiup angin.
Pawai Tarhib Ramadhan dimulai. Dua ribu lebih gabungan anak dari SDIT dan SMPIT Insan Madani Kebon Pala, SDN 03, SDN 04, SDN 05, serta Madrasah Tsanawiyah An-Nasyiatul 'Ilmiyyah melangkah pelan, tapi pasti. Wajah mereka cerah, penuh semangat. Guru-guru ikut mengiringi, sesekali memberi aba-aba agar barisan tetap rapi. Para orang tua, yang sebagian tergabung dalam komite sekolah, berdiri di tepi jalan, tersenyum melihat anak-anak mereka dengan mata berbinar.
Mereka melewati jalan raya, masuk ke jalan lingkungan permukiman, lalu menyusuri gang-gang kecil yang hanya cukup untuk dua anak berjalan beriringan. Di gang-gang itu, langkah mereka melambat. Ada yang tersenggol tembok, ada yang nyaris tersandung pot bunga di depan rumah orang. Tapi mereka tetap melangkah, tertawa kecil sambil merapatkan barisan.
Di beberapa titik, perjalanan sedikit tersendat. Galian pipa PAM Jaya membuat beberapa gang lebih sempit dari biasanya. Anak-anak harus berjalan satu per satu, melangkahi tanah yang belum dirapikan. Ada yang mencoba melompat, ada yang memilih berjalan pelan dengan tangan diangkat sedikit, takut kena lumpur.
Tapi mereka tidak mengeluh. Hanya ada gelak tawa dan suara rebana yang tetap berdentum, meski kadang nadanya sedikit kacau.
Pawai ini tidak hanya dijaga oleh guru dan orang tua. Babinkamtibmas, Satpol PP, FKDM, dan sekuriti masing-masing sekolah ikut mengawal, memastikan tidak ada anak yang tertinggal atau tersesat di belokan gang. Semua berjalan lancar. Tidak ada bentrok rute, tidak ada massa yang menumpuk.
Anak-anak ini mungkin tidak sadar. Tapi pagi itu, sambil berjalan di bawah langit yang mulai biru cerah, mereka sedang belajar banyak hal. Belajar sabar ketika jalan menyempit. Belajar menunggu teman yang tertinggal. Belajar gembira meski jalannya berkelok dan berlumpur. Dan yang paling penting, mereka sedang belajar bahwa Ramadhan bukan sekadar soal puasa, tapi juga kebersamaan, keikhlasan, dan hati yang bersih.
Dan pagi itu, di Kebon Pala, anak-anak itu sudah mulai memahami maknanya.
Pawai Tarhib Ramadhan dimulai. Dua ribu lebih gabungan anak dari SDIT dan SMPIT Insan Madani Kebon Pala, SDN 03, SDN 04, SDN 05, serta Madrasah Tsanawiyah An-Nasyiatul 'Ilmiyyah melangkah pelan, tapi pasti. Wajah mereka cerah, penuh semangat. Guru-guru ikut mengiringi, sesekali memberi aba-aba agar barisan tetap rapi. Para orang tua, yang sebagian tergabung dalam komite sekolah, berdiri di tepi jalan, tersenyum melihat anak-anak mereka dengan mata berbinar.
Mereka melewati jalan raya, masuk ke jalan lingkungan permukiman, lalu menyusuri gang-gang kecil yang hanya cukup untuk dua anak berjalan beriringan. Di gang-gang itu, langkah mereka melambat. Ada yang tersenggol tembok, ada yang nyaris tersandung pot bunga di depan rumah orang. Tapi mereka tetap melangkah, tertawa kecil sambil merapatkan barisan.
Di beberapa titik, perjalanan sedikit tersendat. Galian pipa PAM Jaya membuat beberapa gang lebih sempit dari biasanya. Anak-anak harus berjalan satu per satu, melangkahi tanah yang belum dirapikan. Ada yang mencoba melompat, ada yang memilih berjalan pelan dengan tangan diangkat sedikit, takut kena lumpur.
Tapi mereka tidak mengeluh. Hanya ada gelak tawa dan suara rebana yang tetap berdentum, meski kadang nadanya sedikit kacau.
Pawai ini tidak hanya dijaga oleh guru dan orang tua. Babinkamtibmas, Satpol PP, FKDM, dan sekuriti masing-masing sekolah ikut mengawal, memastikan tidak ada anak yang tertinggal atau tersesat di belokan gang. Semua berjalan lancar. Tidak ada bentrok rute, tidak ada massa yang menumpuk.
Anak-anak ini mungkin tidak sadar. Tapi pagi itu, sambil berjalan di bawah langit yang mulai biru cerah, mereka sedang belajar banyak hal. Belajar sabar ketika jalan menyempit. Belajar menunggu teman yang tertinggal. Belajar gembira meski jalannya berkelok dan berlumpur. Dan yang paling penting, mereka sedang belajar bahwa Ramadhan bukan sekadar soal puasa, tapi juga kebersamaan, keikhlasan, dan hati yang bersih.
Dan pagi itu, di Kebon Pala, anak-anak itu sudah mulai memahami maknanya.
(mp)

Tidak ada komentar