LUGAS | Mamuju Tengah - Bagi kebanyakan orang, ngabuburit identik dengan berburu takjil atau sekadar menikmati sore sambil menunggu waktu berbuka. Namun, warga Pimpinan Anak Cabang (PAC) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Desa Lembahopo, Kecamatan Karossa, Mamuju Tengah, punya cara berbeda untuk mengisi waktu jelang magrib.  

Senin, 24 Maret 2025 lalu, puluhan warga LDII berkumpul di jalan desa yang penuh lubang. Dengan cangkul dan sekop seadanya, mereka bahu-membahu menimbun jalan rusak. Peluh bercucuran, tapi semangat tetap menyala. Bagi mereka, ini bukan sekadar kerja fisik, melainkan wujud nyata kepedulian pada lingkungan sekitar.  

“Kami ingin ngabuburit sambil berbuat sesuatu yang bermanfaat. Bulan Ramadan adalah momen untuk berbagi kebaikan, jadi kenapa tidak dimulai dari hal sederhana seperti ini?” ujar Poniman, Ketua PAC LDII Lembahopo, sambil tersenyum.  

Seolah tak ingin kalah dengan semangat warga, Kepala Desa Lembahopo, Resmi, turut hadir di lokasi. Ia mengamati setiap langkah yang dilakukan warganya dengan penuh rasa bangga.  

“Saya sangat mengapresiasi inisiatif warga LDII. Ini adalah contoh konkret gotong royong yang sudah mulai jarang terlihat,” kata Resmi. “Kalau semua warga memiliki kepedulian seperti ini, saya yakin desa kita akan jauh lebih baik.”  



Menurutnya, aksi ini menjadi cerminan bagaimana peran masyarakat bisa menjadi pelengkap atas keterbatasan pemerintah desa dalam menangani infrastruktur. Ia pun berharap kegiatan serupa bisa menginspirasi komunitas lainnya.  

“Saya mengajak warga lain untuk ikut berpartisipasi dalam menjaga fasilitas umum. LDII sudah memberi contoh, sekarang giliran kita,” tambahnya.  

Sore itu, jalan yang sebelumnya berlubang dan sulit dilalui, berubah lebih rata dan aman. Menjelang azan magrib, warga menyudahi kegiatan dengan rasa puas. Di antara gurauan ringan dan canda tawa, takjil sederhana pun dinikmati bersama di balai desa.  

“Capek? Iya. Tapi hati kami senang,” ujar seorang warga sambil meneguk es kelapa muda.  

Ngabuburit ala LDII Lembahopo ini barangkali bisa menjadi pengingat bahwa Ramadan bukan sekadar tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga tentang mengisi waktu dengan amal kebaikan. Karena pada akhirnya, kebahagiaan sejati lahir dari memberi, bukan sekadar menerima.
Laporan Bisri Remba | Editor: Mahar Prastowo | LUGAS