LUGAS | Banyuasin - Ramadhan bukan sekadar bulan puasa. Di SDN 13 Tungkal Ilir, Banyuasin, bulan ini menjadi ruang belajar yang sesungguhnya. Bukan hanya tentang menghafal teori, melainkan memahami makna empati dan berbagi. Kepala Sekolah Kartinah, S.Pd., bersama para guru, memandu anak-anak menemukan keindahan dalam memberi melalui program Ramadhan Ceria.

"Kami ingin anak-anak tumbuh menjadi manusia yang peka. Bahwa ada kebahagiaan dalam memberi, bukan sekadar menerima," ujar Kartinah dengan tatapan penuh harap. 




Sholat Dhuha dan Lomba Islami: Ruang Tumbuhnya Spiritualitas

Setiap pagi, halaman sekolah menjadi saksi kekhusyukan ratusan siswa yang melaksanakan Sholat Dhuha berjamaah. Suara doa yang mengalun syahdu menyatu dengan semilir angin pagi, menghadirkan ketenangan.

Tak berhenti di situ. Ramadhan menjadi lebih meriah dengan berbagai lomba Islami. Anak-anak bersaing dalam lomba sholawat, hafalan surat pendek, serta mewarnai dengan tema Ramadhan. Tapi di sini, kemenangan bukanlah tujuan utama.

"Anak-anak belajar mencintai agamanya dengan cara yang menyenangkan. Ini tentang menumbuhkan rasa bangga pada identitas spiritual mereka," jelas Kartinah. 




Menabung untuk Berbagi: Rp9,3 Juta yang Menghidupkan Harapan

Dan yang paling menyentuh, adalah ketika tangan-tangan kecil itu memilih berbagi. Dari uang jajan yang biasanya habis untuk permen dan mainan, mereka sisihkan selama Ramadhan. Hasilnya? Rp9,3 juta terkumpul.

"Uang ini untuk teman-teman kami yang membutuhkan," ucap Rani, siswa kelas 5, sambil tersenyum. Dana tersebut disalurkan kepada 11 anak yatim piatu dan 34 siswa kurang mampu. Tidak ada paksaan, hanya kemurnian hati yang ingin membantu.

"Kami percaya, tangan-tangan kecil ini sedang membangun masa depan yang penuh kasih sayang," ujar Kartinah, matanya berkaca-kaca. 




Visi Banyuasin Religius: Pendidikan yang Membumi

Apa yang dilakukan SDN 13 Tungkal Ilir sejalan dengan visi besar Bupati Banyuasin, Dr. H. Askolani Jasi, SH, MH, dalam mewujudkan *Banyuasin Religius dan Gemar Beramal*.

"Anak-anak ini adalah cerminan masa depan Banyuasin. Jika mereka tumbuh dengan hati yang peduli, maka kita sedang membangun masyarakat yang kuat dalam nilai-nilai kemanusiaan," kata Bupati Askolani dalam pernyataannya. 




Pendidikan yang Memanusiakan

Ramadhan Ceria di SDN 13 Tungkal Ilir bukanlah acara seremonial tahunan. Ia adalah laboratorium kehidupan. Di sini, anak-anak belajar bahwa sekolah bukan hanya tempat mengejar angka-angka di rapor, melainkan ruang untuk memahami makna menjadi manusia.

Saat Ramadhan berlalu, semoga nilai-nilai itu tetap bersemayam di hati para siswa. Karena pendidikan sejati adalah tentang mencerdaskan akal, sekaligus melembutkan hati. (*)
Laporan Mulyono K. Prabu | Editor: Mahar Prastowo | LUGAS