LUGAS | Jakarta Timur, Mei 2025 — Hujan belum turun sore itu. Tapi langit di Kramat Jati sudah gelap—bukan karena cuaca, tapi karena langkah-langkah sepatu lars dan deru kendaraan operasional yang mengitari gang-gang kecil. Polisi dan TNI menyusuri lorong demi lorong, menyapa tukang parkir liar, memeriksa identitas, dan—sesekali—mengangkut mereka yang tak bisa menjelaskan apa yang sedang mereka lakukan di pinggir jalan dengan rompi lusuh dan tatapan menantang.
Operasi Berantas Jaya 2025 bukan sekadar show of force. Di Jakarta Timur, ia menjelma menjadi pembersihan habis-habisan terhadap apa yang selama ini disebut "penguasa informal jalanan".
157 Preman Diciduk, 20 Ditahan
Dari data resmi Polres Metro Jakarta Timur yang dilansir hingga 20 Mei 2025, sebanyak 157 orang terjaring dalam operasi ini. Dari jumlah itu, 20 orang ditahan karena terlibat langsung dalam tindak pidana seperti pemerasan, penganiayaan, dan membawa senjata tajam. Sisanya, 137 orang, dikembalikan ke masyarakat setelah melalui proses pembinaan dan pendataan. Mereka wajib lapor dan diminta menandatangani surat pernyataan tidak mengulangi perbuatannya.
Daerah Kramat Jati dengan Kapolsek Kompol Rusit Malaka, S.H.I., M.H. tercatat sebagai wilayah dengan jumlah penangkapan tertinggi, diikuti oleh Jatinegara dan Cakung.
“Karena di situlah titik-titik ekonomi bertumbuh. Terminal, pasar, dan jalur distribusi bahan pokok. Preman selalu tahu di mana uang berputar,” kata seorang petugas.
“Karena di situlah titik-titik ekonomi bertumbuh. Terminal, pasar, dan jalur distribusi bahan pokok. Preman selalu tahu di mana uang berputar,” kata seorang petugas.
Pemetaan LUGAS: Di Mana Preman Bersembunyi
Jurnalisme data TabloidLUGAS.com memperlihatkan bagaimana pola distribusi kejahatan jalanan bisa ditautkan dengan simpul ekonomi rakyat:
![]() |
Sumber: Rekap data litbang LUGAS/www.tabloidlugas.com |
Posko Ormas Ditertibkan: Dari Sarang Kekuasaan ke Pos Kamling
Di wilayah Matraman, yang dikenal sebagai "kantong ormas", 5 posko organisasi kemasyarakatan dibongkar dan dialihfungsikan menjadi pos kamling.
“Kami tidak hanya ingin menangkap orangnya, tapi juga membongkar sistemnya,” ujar Kapolres Metro Jakarta Timur, Kombes Pol. Nicolas Ary Lilipaly, S.I.K., M.H., M.Si.
“Kami tidak hanya ingin menangkap orangnya, tapi juga membongkar sistemnya,” ujar Kapolres Metro Jakarta Timur, Kombes Pol. Nicolas Ary Lilipaly, S.I.K., M.H., M.Si.
Beberapa posko yang selama ini berdiri tanpa izin di atas fasilitas umum atau tanah negara ditertibkan dengan melibatkan Satpol PP dan pengurus RT/RW. Bendera-bendera ormas yang selama ini berkibar seenaknya diturunkan. Papan nama yang mencatut kata "laskar" atau "komando" diganti dengan plang bertuliskan "Pos Keamanan Lingkungan".
Operasi ini untuk Siapa?
Kapolda Metro Jaya, Irjen Karyoto, menyatakan Operasi Berantas Jaya bukan ditujukan pada ormas legal atau pemuda pengangguran semata. “Kami tidak sedang memburu orang miskin. Kami sedang memburu orang yang memperkaya diri dengan menakuti yang miskin,” ujarnya saat apel di Monas, 9 Mei lalu, di hadapan 999 personel gabungan TNI-Polri-Pemprov.
Lebih dari Gertakan
Ada yang menarik dari cara polisi bertindak kali ini: tak ada kamera TV menggembar-gemborkan. Tak ada konferensi pers berlebihan. Yang ada hanyalah patroli, penindakan, dan pembongkaran secara konsisten.
Yang paling menakutkan dari perubahan bukan suara kerasnya, tapi ketenangan saat ia bekerja. Dan Jakarta Timur sedang tenang-tenangnya… bekerja.
___________________
Tidak ada komentar