Ratusan pegawai perguruan tinggi negeri baru menuntut pengalihan status dari PPPK menjadi PNS. Pemerintah disebut lamban, bahkan ingkar.


Laporan: Dani Prasetya | Editor: Mahar Prastowo

LUGAS | JAKARTA – Sekitar 500 orang yang tergabung dalam Ikatan Lintas Pegawai Perguruan Tinggi Negeri Baru (ILP-PTNB) dari berbagai penjuru Indonesia memadati kawasan Silang Selatan Monas, Rabu pagi, 21 Mei 2025. Mereka datang dengan satu tuntutan: mengakhiri ketidakpastian status kepegawaian dan mengalihkannya dari PPPK ke PNS.

Aksi yang dimulai pukul 08.00 WIB itu dimotori sejumlah tokoh lapangan seperti Danang Mintoyuwono, Dyah Sugandini, dan Umar. Massa bergerak dari IRTI Monas dan melakukan longmarch ke kawasan Patung Kuda. Mobil komando, spanduk besar, poster, dan bandana bertuliskan “PNS Harga Mati” mewarnai iring-iringan. Pesan-pesan yang dibawa mereka jelas dan gamblang: “Kami mengabdi tanpa ragu, wujudkan kepastian status kami,” serta “Jangan matikan karir kami.”

Puluhan poster bertuliskan keluhan dan tuntutan tersebar di sepanjang rute aksi. Salah satunya berbunyi, “Asetnya di negeriku, tapi aset manusianya dijadikan kontrak.” Sementara yang lain menukik lebih tajam, “Kami hadir bukan untuk mengemis jadi PNS, tapi menuntut hak atas pengabdian.”

Di atas mobil komando, orasi berlangsung bergantian. Seorang perwakilan dari UPN Veteran Jakarta mengungkapkan kekecewaannya atas lambannya penyelesaian status mereka.

“Masalah ini sudah melewati tiga periode pemerintahan,” serunya lantang. “Ada yang tidak beres, atau memang tidak ada niat menyelesaikannya.”

Sementara itu, orator dari Universitas Teuku Umar, Aceh, membawa semangat daerah.

“Kami ini anak kandung kampus negeri. Tapi kami diperlakukan seperti tamu di rumah sendiri. Hari ini, kita semua adalah korban,” ujarnya. “PNS adalah harga mati.”

Pukul 09.21 WIB, sempat terjadi ketegangan. Massa mencoba menerobos menuju Istana Negara, namun diadang polisi di depan kawasan Patung Kuda. Arus lalu lintas sempat terhambat ketika massa memblokir jalan, namun situasi kembali kondusif sekitar pukul 09.33 WIB setelah mereka kembali ke Silang Selatan Monas. Kapolres Jakarta Pusat sempat memberi himbauan agar massa tidak terpancing melakukan provokasi.

Hingga laporan ini diturunkan, aksi masih berlangsung dengan orasi yang terus bersahutan. Tidak tampak kekerasan dalam aksi tersebut, namun sorot mata para demonstran memancarkan kekesalan yang telah dipendam lama.


CATATAN REDAKSI

Sejak gelombang transformasi kelembagaan yang melahirkan banyak PTN baru di Indonesia, status pegawai non-PNS menjadi persoalan yang tak kunjung usai. Mereka bekerja penuh, mengabdi, dan membesarkan institusi—namun hanya mendapat kontrak jangka menengah bernama PPPK. Bagi sebagian dari mereka, itu bukan penghargaan, melainkan penyangkalan atas komitmen dan pengabdian.

Sementara negara terus berbicara soal meritokrasi dan keadilan, para pegawai ini bertanya: “Kalau kami bukan PNS, maka siapa kami?”