LUGAS | Bandung Barat,

Pada Jumat pagi, 6 Juni 2025, hawa sejuk di Kabupaten Bandung Barat tidak hanya disambut dengan gema takbir, tapi juga derap langkah ribuan warga Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) yang bersiap menyambut hari besar: Idul Adha.

Di bawah koordinasi Dewan Pimpinan Daerah (DPD) LDII Kabupaten Bandung Barat (KBB), sebanyak 114 ekor hewan kurban disembelih secara serentak di 10 Pimpinan Cabang (PC) yang tersebar di wilayah tersebut. Dari jumlah itu, 64 ekor sapi dan 50 kambing menjadi simbol pengorbanan dan solidaritas sosial, sekaligus penanda konsistensi LDII dalam menjalankan sunnah dan menyapa warga sekitar lewat daging segar yang dibagikan.

"Ini bukan sekadar ritual tahunan. Ini cara kami membumikan semangat Nabi Ibrahim ke tengah masyarakat," kata Drs. H. Elly Lukmansyah, BC.IP, Ketua DPD LDII KBB, saat ditemui di salah satu lokasi penyembelihan di Lembang.

Menurut Elly, kurban kali ini melibatkan ratusan warga dari berbagai usia. Namun ada satu hal yang mencolok: dominasi anak-anak muda. Mereka terlibat langsung mulai dari persiapan, penyembelihan, hingga distribusi. “Kami ingin para pemuda belajar bahwa agama tidak hanya tentang ibadah pribadi, tapi juga tentang kepedulian sosial,” ujarnya.

Distribusi Tanpa Sekat

Di tengah riuhnya pembagian daging, yang dilakukan dalam kantong-kantong putih bertuliskan ‘Semangat Berbagi LDII’, satu hal yang tak luput dari perhatian adalah siapa yang menerima. Tidak ada seleksi berbasis organisasi, tidak ada kotak-kotak ideologi.

Muhammad Ramlan, Ketua Bidang Komunikasi, Informasi, dan Media (KIM) LDII KBB menegaskan: "Kurban ini untuk semua. Kami tidak pernah bertanya apakah penerima daging ini warga LDII atau bukan. Yang kami lihat adalah kebutuhan."

Lebih dari sekadar rutinitas, bagi Ramlan, penyembelihan kurban adalah bentuk dakwah sosial. “Masyarakat perlu melihat bahwa ormas Islam bukan hanya bicara di podium. Kami ingin hadir dalam kehidupan sehari-hari mereka, terutama saat mereka butuh.”

Antara Spirit Religi dan Manajemen Sosial

Meski dilakukan secara serentak di 10 titik, pelaksanaan kurban LDII tahun ini berlangsung cukup tertib. Tak ada antrean panjang, tak ada konflik soal distribusi. Semua berjalan rapi. Bahkan, beberapa PC sudah mulai menggunakan sistem kupon digital dan pencatatan berbasis aplikasi sederhana yang dirancang oleh relawan muda.

“Kami mulai belajar bahwa manajemen yang baik itu bagian dari ibadah juga,” ujar Rizky Firmansyah, salah satu koordinator pemuda di PC LDII Padalarang. Rizky mengaku, tahun ini merupakan tahun ketiganya terlibat penuh dalam pelaksanaan kurban. “Dari sini saya belajar bahwa agama juga bicara tentang efisiensi, kebersihan, dan profesionalitas.”

Lebih dari Ibadah Tahunan

Bagi LDII, kurban bukanlah soal banyaknya sapi atau kambing. Tapi seberapa besar dampaknya bagi masyarakat sekitar. Daging yang dibagikan bukan hanya untuk disantap, tapi juga menjadi simbol bahwa kehadiran LDII di tengah masyarakat membawa manfaat.

“Kami tidak ingin keberadaan kami hanya dirasakan oleh anggota kami sendiri,” ujar Elly. “Kami ingin dikenal sebagai organisasi Islam yang menyatu dengan masyarakat, bukan yang mengasingkan diri.”

Idul Adha, Momentum Membangun Kepercayaan Sosial

Di tengah era ketika kepercayaan publik terhadap ormas dan institusi keagamaan sering kali diuji, LDII KBB berusaha menjadikan kurban sebagai medium membangun ulang kepercayaan itu—dengan kerja nyata, bukan wacana.

“Kami tahu masyarakat lebih percaya pada tindakan daripada kata-kata. Maka dari itu, kurban adalah panggung di mana kami menunjukan nilai-nilai Islam lewat perbuatan,” tutur Ramlan.

Ketika ditanya tentang target tahun depan, Elly hanya tersenyum. “Bukan soal jumlah sapi yang ingin kami kejar. Tapi seberapa jauh kami bisa menjangkau lebih banyak orang yang membutuhkan.”

Dan mungkin, di sanalah letak inti dari kurban: menyembelih ego, memperluas pelukan. Di Kabupaten Bandung Barat, semangat itu nyata, terasa, dan terus bertumbuh.