LUGAS | Gunung Putri, Bogor - Jumat itu, halaman Masjid Baitul Kabir riuh sejak pagi. Bukan karena pengajian atau hajatan. Tapi karena suara sapi dan domba, yang sudah tahu waktunya tinggal sebentar.
Sebanyak 17 ekor sapi dan 51 kambing disembelih. Semua dari swadaya warga. Menabung setahun. Disembelih sehari.
Itulah cara LDII Desa Gunungputri merayakan Idul Adha. Bukan baru tahun ini. Tapi sudah puluhan kali Idul Adha dilewati dengan cara yang sama: berkurban bersama-sama. Di tempat yang sama. Di bawah tenda yang sama. Dengan semangat yang—kalau boleh jujur—tidak semua ormas bisa pertahankan.
“Ini bukan kegiatan seremonial,” kata H. Sardi, Ketua PAC LDII Gunungputri. “Ini kontribusi nyata. Kami ingin terus jadi bagian dari masyarakat. Bersinergi dengan desa, bukan sekadar menumpang tempat.”
Dan memang terlihat: bukan hanya warga LDII yang antre daging. Ratusan warga RT 01 RW 06 datang sejak siang. Tidak ada sekat. Tidak ada “kamu siapa”.
Iskak Bandi, Ketua RT, datang sendiri menyaksikan. Tidak membawa pisau. Tapi membawa ucapan terima kasih.
“LDII luar biasa,” katanya. “Tiap tahun kurbannya paling banyak. Dan dagingnya bukan buat mereka sendiri.”
H. Rusmanto, ketua panitia, cuma tersenyum. Seperti tahun-tahun sebelumnya, ia tidak sempat duduk lama. Daging harus ditimbang. Dibagi. Diantar. Dan malamnya harus bersih semua.
Tak ada anggaran pemerintah. Tak ada sponsor. Hanya celengan keluarga-keluarga LDII yang dibuka setahun sekali.
Dalam semangat itu, LDII Gunungputri ingin menyampaikan sesuatu: bahwa ibadah bukan hanya di dalam masjid. Tapi juga di tengah masyarakat.
Dan tahun ini, pesan itu tersampaikan lewat 17 ekor sapi dan 51 ekor kambing.
(mp)
2 komentar