Seminar Keputerian LDII Karang Agung Ilir Tekankan Pentingnya Thoharoh dan Berbusana Syar’i



LUGAS | Banyuasin — Semangat membentuk generasi muslimah yang cerdas secara spiritual dan tampil percaya diri dalam koridor syariat Islam mewarnai gelaran seminar keputerian yang diselenggarakan Pimpinan Cabang Lembaga Dakwah Islam Indonesia (PC LDII) Kecamatan Karang Agung Ilir, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.

Kegiatan yang bertajuk “Thoharoh dan Berpakaian Syar’i” ini berlangsung pada Minggu (1/6/2025) di Masjid Miftahul Huda, Desa Karang Sari. Diikuti oleh puluhan remaja putri se-Kecamatan Karang Agung Ilir, acara ini menjadi oase pembinaan spiritual dan moral dalam menghadapi tantangan kehidupan remaja masa kini.

Seminar keputerian ini tidak hanya menyasar pembinaan remaja putri semata, melainkan juga membekali para guru Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) agar lebih siap dalam mendampingi para santri putri dalam fase penting perjalanan hidup mereka—yakni memasuki usia baligh.

“Kami ingin para guru memahami pentingnya mengajarkan cara bersuci, menjaga aurat, dan membangun disiplin ibadah sejak dini,” ujar Ustadzah Nasipah, S.Pd.SD, saat menyampaikan materi dasar-dasar thoharoh dan pentingnya pembinaan emosional serta spiritual bagi remaja putri.

Ia menekankan bahwa usia baligh bukan sekadar perubahan biologis, melainkan momentum krusial yang harus dibarengi dengan pembekalan nilai-nilai keimanan dan tanggung jawab sebagai muslimah.

Pada sesi berikutnya, Ustadzah Helly Umami menyampaikan materi tentang prinsip-prinsip berpakaian syar’i berdasarkan Al-Qur’an dan hadits. Ia mengajak para remaja untuk menjadikan busana syar’i sebagai bentuk ketaatan, sekaligus identitas kebanggaan seorang muslimah.

“Meski di awal terasa kurang nyaman, jika dilakukan dengan niat karena Allah dan diyakini sebagai kebaikan, lama-kelamaan akan terasa ringan dan menjadi kebiasaan,” ujarnya, seraya menegaskan bahwa syariat tidak bertujuan membatasi, tetapi melindungi.




Dalam sesi yang lebih ringan namun aplikatif, Ustadzah Helly bersama Ustadzah Netri Marwiyah memberikan tips berpakaian syar’i yang tetap modis dan sesuai zaman. Mereka menunjukkan cara memadupadankan busana agar tetap anggun, nyaman, dan sesuai syariat.

“Remaja sekarang tetap bisa tampil stylish tanpa melanggar batasan agama. Kuncinya ada pada kepercayaan diri dan kecermatan memilih warna, bahan, serta model busana,” jelas Ustadzah Netri, yang disambut antusiasme para peserta.

Ketua PC LDII Karang Agung Ilir, Mochamad Zaka, S.Pd.I., M.M., dalam sambutannya menyampaikan bahwa seminar ini merupakan bagian dari ikhtiar LDII dalam membina generasi muda muslimah secara berkelanjutan.

“Kami menyadari tantangan zaman begitu besar. Di tengah derasnya arus tren berpakaian yang sering menyimpang dari nilai Islam, kami ingin remaja LDII memiliki pijakan yang kuat. Inilah bentuk nyata komitmen LDII membina perempuan sebagai tiang keluarga dan masyarakat,” tegas Zaka.

Ia menambahkan bahwa pembinaan remaja putri merupakan investasi peradaban jangka panjang. “LDII menilai pembinaan keputrian sebagai bagian dari membentuk masyarakat madani. Bukan sekadar soal busana, tetapi juga pembentukan karakter dan kesadaran beragama,” imbuhnya.

Sementara itu, di lokasi berbeda, digelar pula pembinaan bagi remaja putra yang dipandu oleh Ustadz H. Nurhuda, Ustadz Nursyahid, dan Ustadz Miftahul Mubarok, serta Ketua PPG Karang Agung Ilir, Drs. Sunarta. Fokus pembinaan ini adalah penanaman nilai-nilai keislaman, kedisiplinan, dan tanggung jawab sosial bagi remaja putra.

Melalui kedua kegiatan ini, PC LDII dan PPG Kecamatan Karang Agung Ilir berharap terbentuk sinergi antara organisasi keagamaan, keluarga, dan masyarakat dalam membina generasi muda yang tidak hanya unggul secara intelektual, tetapi juga matang secara spiritual dan emosional.

“Kami ingin mereka tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, cerdas dalam berpenampilan, dan teguh menjalankan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari,” pungkas Zaka.

Di tengah zaman yang serba cepat dan permisif, kehadiran kegiatan seperti ini menjadi penting sebagai peneguh arah bagi generasi muda. Bukan hanya sekadar mengikuti tren, tetapi memastikan langkah mereka tetap dalam koridor nilai, iman, dan kesucian yang terjaga.


---

Tim Religi LUGAS | Editor: Mahar Prastowo