LUGAS | Pulau Taliabu, Maluku Utara — Di tanah rantau, persaudaraan bukan hanya perkara darah. Ia tumbuh dari sapaan yang tulus, dari tangan yang saling menguatkan, dan dari rindu kampung halaman yang dibawa jauh ke perbatasan negeri. Rabu (13/8/2025) siang itu, suasana hangat terasa di ruang tamu Kejaksaan Negeri Pulau Taliabu ketika Paguyuban Sedulur Jawa Taliabu (SeJaTi) datang berkunjung, membawa semangat silaturahmi dan kebersamaan.
Kunjungan itu, menurut Koordinator Paguyuban SeJaTi, Bima Sumpono, bertujuan menjalin komunikasi dan koordinasi dengan aparat penegak hukum. “Kami ingin memperkuat hubungan, sekaligus mendukung kinerja Kejaksaan Negeri Pulau Taliabu,” ujarnya.
Selain memberikan dukungan, rombongan juga memanfaatkan kesempatan untuk meminta masukan, arahan, dan gagasan dari Kepala Kejaksaan Negeri Pulau Taliabu, Dr. Nurwinardi, S.H., M.H. Harapannya, paguyuban dapat berkolaborasi lebih erat dengan pemerintah daerah demi kemajuan Pulau Taliabu.
Nurwinardi, yang juga berasal dari Jawa, menyambut baik kunjungan ini. “Kehadiran SeJaTi menjadi wujud sinergi positif antara masyarakat dan aparatur penegak hukum. Dukungan seperti ini sangat berarti,” katanya.
Paguyuban SeJaTi sendiri mulai dikenal luas di Pulau Taliabu. Anggotanya mencakup berbagai latar belakang profesi, termasuk beberapa tokoh penting seperti Danramil Pulau Taliabu, Kusairi, dan Kapolres Pulau Taliabu, Adnan Wahyu Kasogi.
Bagi warga senior seperti Pak Totok Mujiyanto, salah satu anggota perintis SeJaTi, pertemuan ini punya makna lebih dalam. “Kami jauh dari kampung halaman, tapi di sini kami saling menguatkan. Kalau ada yang sakit, kami jenguk. Kalau ada yang susah, kami bantu. Silaturahmi seperti ini membuat hati tenang,” ujarnya sambil tersenyum.
Bagi warga senior seperti Pak Totok Mujiyanto, salah satu anggota perintis SeJaTi, pertemuan ini punya makna lebih dalam. “Kami jauh dari kampung halaman, tapi di sini kami saling menguatkan. Kalau ada yang sakit, kami jenguk. Kalau ada yang susah, kami bantu. Silaturahmi seperti ini membuat hati tenang,” ujarnya sambil tersenyum.
Di tanah rantau seperti Taliabu, solidaritas menjadi sesuatu yang berharga. SeJaTi menjadi tempat bagi para perantau asal Jawa untuk saling bersandar, berbagi cerita, dan membantu satu sama lain. Meski tidak terikat darah atau pekerjaan, mereka memiliki satu ikatan yang kuat: sama-sama berasal dari tanah Jawa, jauh dari kampung halaman leluhur.
Bagi Sedulur Jawa Taliabu, bertemu dan bersilaturahmi bukan sekadar seremonial. Itu adalah cara untuk memastikan bahwa di tanah rantau, tak ada yang berjalan sendirian. Di antara debur ombak dan heningnya pulau, mereka membangun rumah kedua—bukan dari batu atau kayu, melainkan dari rasa saling percaya, dukungan, dan persaudaraan yang tak lekang oleh jarak.
Laporan Sumpono | Editor: Mahar Prastowo
Tidak ada komentar