LUGAS | Jakarta – Sekitar 150 mahasiswa yang tergabung dalam BEM Seluruh Indonesia (BEM SI) menggelar aksi damai di depan gerbang Gedung MPR/DPR/DPD, Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis sore, 4 September 2025.
Mereka datang dengan membawa poster, bendera organisasi, hingga sebuah karangan bunga bertuliskan “Turut Berduka Cita Atas Meninggalnya Dewan Perwakilan Rakyat”. Karangan bunga itu diletakkan di depan pintu masuk gedung parlemen, simbol kemarahan sekaligus kritik keras atas kinerja wakil rakyat.
Tuntutan yang dibawa cukup panjang—mulai dari pengesahan RUU Perampasan Aset, reformasi total Polri dan DPR, pembebasan mahasiswa yang dikriminalisasi, hingga penolakan dwifungsi jabatan di pemerintahan dan batalion militer di kampus. “Mereka telah mengkhianati suara kita. Refleksi telah mati. DPR tidak lagi mewakili hak-hak rakyat,” kata Presiden BEM Politeknik Negeri Jakarta dalam orasinya.
Sekitar pukul 16.25 WIB, massa aksi sempat menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-sama. Tak lama kemudian, mereka membentuk formasi letter U, lalu kembali berorasi.
Dalam pidato kerasnya, Korpus BEM SI, Muzzamil, menyebut pemerintahan saat ini berjalan tanpa arah. “Jangan salahkan rakyat yang marah. Kami di sini bukan untuk membuat kericuhan, kami di sini untuk menyelamatkan Indonesia,” ujarnya. Ia menyinggung janji-janji Presiden Prabowo yang disebutnya tidak menyentuh kenyataan rakyat kecil.
Senada, Presiden BEM IPB Bogor menyinggung kekerasan aparat terhadap mahasiswa. Ia mengingatkan para penguasa untuk mau mendengar langsung aspirasi mahasiswa. “Kalian yang berkuasa—keluarlah, datangi kami. Dengarkan suara rakyat sebelum terlambat,” katanya.
Di sela-sela orasi, mahasiswa mengangkat poster bertuliskan: “Reformasi Polri”, “Bebaskan Kawan Kami”, hingga “Selamatkan Indonesia”. Beberapa mahasiswa memukul panci sebagai bentuk simbolik “suara rakyat yang berisik”.
Aksi masih berlangsung hingga petang. Massa berjanji tidak akan melakukan tindakan anarkis. “Semangat kita tak kecil. Semoga ini awal perubahan nyata menuju Indonesia yang lebih adil,” ujar Presiden BEM PNJ.
Laporan: Dani Prasetya | Editor: Mahar Prastowo
Tidak ada komentar