TABLOIDLUGAS.COM | Timika - Menyusul tewasnya 4 pekerja tambang tradisional di Timika, untuk menjaga situasi yang mencekam agar tetap kondusif, jajaran TNI menyiagakan satu satuan setingkat kompi (SSK) untuk membantu pihak kepolisian dalam mengamankan Kota Timika, Papua, dari kemungkinan terjadi bentrok lanjutan.

Keempat pekerja yang tewas oleh pekerja asal suku asli, akibat bentrok yang berawal dari kesalahpahaman. Berdasarkan informasi dari radio komunikasi jaringan nasional Senkom Mitra Polri Timika, keempatnya berasal terdiri dari 1 pekerja asal Bugis, 2 asal Buton dan 1 asal Banyuwangi.

Komandan Kodim 1710 Mimika, Letkol Inf Dwi Lagan Safruddin di Timika, Senin, mengatakan satu SSK prajurit TNI dari Yonif 754 Eme Neme Kangasi (ENK) tersebut disiagakan di Gedung Eme Neme Yauware Timika.

Sebagaimana dilansir KBN Antara, pada malam hari, sekitar 40-50 prajurit TNI ikut patroli gabungan bersama anggota Polri ke berbagai titik di sekitar Kota Timika untuk mencegah terjadi bentrok susulan antarkelompok pendulang emas tradisional yang telah menewaskan lima orang sejak Jumat (15/3).

"Anggota kami juga disiagakan di Koramil Kota Timika, markas Kodim 1710, markas Detasemen Kaveleri dan markas Brigade Infanteri 20 Ima Jaya Keramo. Jika sesewaktu dibutuhkan maka kita akan kerahkan untuk membantu pihak kepolisian," jelas Dwi Lagan.

Prajurit TNI yang ikut terlibat dalam kegiatan patroli gabungan dengan TNI terdiri dari semua satuan baik POM, Detasemen Kaveleri, Yonif 754 ENK maupun Kodim 1710 Mimika.

Sementara pengamanan di sepanjang areal pertambangan PT Freeport Indonesia diserahkan sepenuhnya kepada Satuan Tugas (Satgas) Amole yang juga merupakan gabungan personel Polri dan TNI. [L]