Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

PengMas UI Kenalkan Kesehatan Reproduksi Remaja Guna Wujudkan Generasi Sehat dan Bertanggung Jawab

| 08 Januari WIB |


LUGAS | Kesehatan - Berkembangnya organ reproduksi pada remaja seringkali memberikan tantangan tersendiri, tidak hanya untuk remaja, melainkan juga untuk orang tua dan kerabat terdekat remaja.

Seringkali masyarakat di Indonesia merasa bahwa pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi itu terlalu tabu untuk dibahas secara terbuka. Pemikiran yang mungkin terlanjur menyebar di pemikiran masyarakat mengenai organ reproduksi adalah sesuatu hal yang sakral, bersifat privasi dan rahasia.

Disayangkan bahwa si pemilik  organ reproduksi sendiri tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai organ tersebut dan bagaimana cara menjaganya. Hal sakral tersebut akhirnya justru menimbulkan masalah baru di masyarakat.

Oleh karena itu, Tim PengMas UI (Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia) memandang perlu adanya pemberian pengetahuan mengenai reproduksi di masa pubertas dalam bentuk webinar mengingat pandemi Covid-19.

Pada kegiatan webinar ini, Tim PengMas UI yang terdiri dari para dosen dari Fakultas Kedokteran UI, menyampaikan materi edukasi bagi remaja siswa siswi SMP dan SMA untuk memahami  anatomi dan fisiologi organ reproduksinya, dan menjaga kebersihan serta kesehatan agar terhindar dari penyakit dan kekerasan seksual. 

Kegiatan yang dilakukan secara online/ daring pada pada 18 Desember 2020 ini dengan narasumber para ahli dari Tim Pengabdian Masyarakat UI yang terdiri dari Dr. Dwi Anita Suryandari, M.Biomed sekaligus sebagai Ketua kegiatan,  dr. Dewi Sukmawati, M.Kes., PhD.,  Dr. dr. Anna Rozaliyani, M.Biomed., Sp.P.,  Deswaty Furqonita, S.Si., M.Biomed.,  dan Dr. drg. Dwirini Retno Gunarti, MS.

Dengan antusias, sebanyak 700 peserta mengikuti  webinar Tim PengMas UI yang bekerjasama dengan SMPN 126  Jakarta Timur dan  dengan FGPI (Forum Guru Peneliti Indonesia) provinsi Jawa Tengah yang merupakan para guru pembimbing penelitian tingkat SMP dan SMA di Jawa Tengah.

Dr. Dwi Anita Suryandari, M.Biomed  menjelaskan struktur anatomi dan fisiologi organ reproduksi dan beberapa fenomena yang dialami oleh remaja pria seperti proses pembentukan sperma (spermatogenesis), bagaimana terjadinya perbahan yang dialami oleh remaja pria pada masa pubertas seperti mimpi basah,  terjadinya  ereksi, ejakulasi, dan orgasme.

Dijelaskan juga perubahan yang terjadi pada wanita yang memasuki masa pubertas  seperti proses pembentukan sel telur (oogenesis), menstruasi, ovulasi, siklus mamae (perubahan bentuk payudara) dan proses terjadinya kehamilan.

"Kondisi informasi yang minim dan menyesatkan mengenai kesehatan reproduksi pada remaja dan didukung oleh perkembangan emosi yang masih labil, seringkali  membuat remaja dihadapkan pada kebiasaan yang tidak sehat, seperti seks bebas, merokok, minum-minuman beralkohol, penyalahgunaan obat, dan suntikan. Minimnya pengetahuan reproduksi pada remaja dapat  memicu terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, antara lain pernikahan usia muda, kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, infeksi menular seksual, kekerasan seksual, dan lain-lain yang cukup meresahkan di kalangan masyarakat," terang Dr. Dwi Anita Suryandari, M.Biomed.

Lanjut Dr. Dwi Anita Suryandari, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi  bisa menjadi pelindung awal yang dapat menghindarkan remaja dari melakukan aktivitas seksual di usia remaja.

"Remaja perlu mengetahui bahwa melakukan aktivitas seksual di usia dini, di saat organ reproduksi belum berkembang secara sempurna, sejatinya akan meningkatkan risiko kesehatan secara  fisik dan mental bagi dirinya sendiri. Belum lagi risiko yang harus dihadapi seandainya remaja tidak menjaga kebersihan dan kesehatan organ, reproduksinya," ungkap Dr. Dwi Anita Suryandari.

Oleh karena itu, terang peneliti kelainan genetik kromosom Y pada pria infertil ini diperlukan pengetahuan sejak dini mengenai organ reproduksi yang dimiliki oleh dirinya maupun yang dimiliki oleh lawan jenisnya.

"Pengetahuan tersebut selayaknya perlu dimiliki agar baik remaja laki-laki dan perempuan perduli dengan risiko kesehatan yang dimiliki kedua belah pihak," ujarnya.

Itu sebabnya perlu ditumbuhkembangkan kesadaran sejak dini agar remaja menjaga kesehatan reproduksi. Sebab, masa remaja adalah waktu terbaik untuk melatih kebiasaan menjaga kebersihan, yang bisa menjadi aset dalam jangka panjang.

Sementara itu di sesi yang sama, dr. Dewi Sukmawati, M.Biomed menjelaskan bagimana perilaku atau kebiasaan baik yang harus dilakukan oleh remaja dalam menjaga kesehatan organ reproduksinya. Seperti mandi minimal dua kali sehari, memakai pakaian dalam dengan bahan yang menyerap keringat agar tidak membuat organ reproduksi menjadi lembab dan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi.

"Pada dasarnya remaja harus  memiliki pengetahuan seputar kesehatan reproduksi. Tak hanya untuk menjaga kesehatan dan fungsi organ tersebut, informasi yang benar terhadap pembahasan ini juga bisa menghindari remaja melakukan hal-hal yang tidak diinginkan," terang dr. Dewi Sukmawati.

Lanjut dr. Dewi Sukmawati, "dengan memiliki pengetahuan yang tepat terhadap proses reproduksi serta cara menjaga kesehatannya, diharapkan mampu membuat remaja lebih bertanggung jawab terutama mengenai proses reproduksi, dan dapat berpikir ulang sebelum melakukan hal-hal yang dapat merugikan."

Diungkapkan dr. Dewi, pengetahuan seputar masalah reproduksi tidak hanya wajib bagi remaja putri saja. "Remaja laki-laki juga harus mengetahui serta memahami cara menjaga organ reproduksinya  agar tetap sehat. Pergaulan yang salah juga pada akhirnya bisa memberi dampak merugikan pada remaja laki-laki baik secara fisik maupun psikologis," ujarnya.

Dokter Dewi juga menjelaskan  bagaimana melindungi diri dari kekerasan seksual yang saaat ini marak terjadi di masyarakat. "Remaja juga  perlu dikenalkan dengan hak-hak reproduksi yang ia miliki. Selain itu, diperlukan juga pengetahuan tentang kekerasan seksual yang mungkin terjadi, apa saja jenisnya, dan bagaimana cara untuk mencegahnya," terangnya.



Di bagian akhir webinar,  Dr. Anna Rozaliayani, M.Biomed Sp.P (K) menjelaskan mengenai berbagai infeksi mikroorganisme seperti bakteri, virus dan jamur yang dapat  menyerang organ reproduksi.

Diungkapkan Dr. Anna, mikroorganisme seperti Trichomonas vaginalis, jamur Candida, menyebabkan nyeri pada saat berkemih dan virus HIV bepotensi menyebabkan terjadinya penyakit herpes pada organ kelamin.

Diungkapkan Dr. Anna, para remaja juga rentan untuk mengalami risiko penyakit bila tidak memahami kesehatan reproduksi. Aspek ini juga sebaiknya sudah mulai dikenalkan dan disampaikan pada remaja yang sudah beranjak dewasa.

"Dengan mengetahui risiko yang mungkin terjadi, remaja tentu akan lebih berhati-hati dan lebih menjaga kesehatan reproduksinya," kata Dr. Anna.

Disamping harus diketahui oleh remaja, pengetahuan mengenai reproduksi juga harus dipahami orang tua dan guru sebagai tempat bertanya dari siswa siswa sehingga dapat memberikan informasi yang benar secara ilmiah kepada para siswa.

Webinar Pengabdian Masyarakat UI diselenggarakan guna memberikan pengetahuan  bagi remaja mengenai perkembangan tubuhnya, yang dapat menimbulkan problematika tersendiri akibat  kurangnya pengetahuan tentang perubahan dalam diri terkait kesehatan reproduksi.

Dengan bekal pengetahuan ini diharapkan remaja dapat tumbuh kembang secara sehat organ reproduksinya dan bertanggung jawab untuk mengerti hak atas organ reproduksinya, dengan tidak mudah melakukan penyimpangan perilaku seperti melakukan seks bebas di luar nikah, dan eksploitasi lain yang dapat menyebabkan infeksi organ reproduksi. Remaja yang sehat adalah masa depan bangsa.


Reporter: Agus Wiebowo
Editor: Mahar Prastowo

PROMO PAKET UMRAH

TIKET KAI NATAL/TAHUN BARU 2024

×
Berita Terbaru Update